Depok-Stunting merupakan kondisi kurang gizi kronis pada anak yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan seperti tinggi badan yang lebih rendah (kerdil) dibanding anak seusianya. Secara umum, stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang adekuat dalam rentang waktu yang cukup lama. Di Indonesia, angka kejadian stunting masih tergolong tinggi. Studi dari Kementerian Kesehatan RI pada 2021 menyatakan angka kejadian stunting di Indonesia mencapai 24,4% atau seperempat balita mengalami stunting.

Kabupaten Lombok Timur merupakan wilayah di Nusa Tenggara Barat yang memiliki kasus stunting cukup tinggi. Untuk menurunkan angka tersebut, dapat dilakukan melalui pelatihan kader posyandu dalam mengenali stunting. Deteksi gangguan pertumbuhan perlu dilakukan lebih dini agar dapat mencegah terjadinya risiko stunting. Bagi kader posyandu yang belum memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam mengenali stunting, dapat menggunakan perangkat sederhana seperti cakram gizi.

(Foto: Elsa memaparkan edukasi mengenai stunting)

Berdasarkan kondisi tersebut, tim pengabdian masyarakat (pengmas) Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) yang diketuai oleh Ari Nurfikri, S.K.M., M.M.R., dosen program studi (prodi) Administrasi Rumah Sakit, Vokasi UI, mengadakan kegiatan pelatihan berjudul “Peningkatan Pengetahuan Kader Posyandu Dalam Mengenali dan Mencegah Stunting Menggunakan Cakram Gizi di Desa Sembalun Lombok Timur” di Desa Sembalun, Lombok Timur pada Selasa (16/08/2022) lalu. Sebanyak 25 orang kader posyandu, Kepala Desa Sembalun, Harmini, beserta perangkat desa lainnya hadir mengikuti pelatihan dan pemberdayaan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan cakram gizi sebagai deteksi awal stunting dan garda terdepan pencegahan stunting. Cakram gizi merupakan alat peraga instruksional yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi serta kesehatan anak dan dewasa.

Ari menyampaikan, “Intervensi pemerintah pusat dan daerah sudah banyak dilakukan dalam mencegah maupun menurunkan angka stunting, tetapi prevalensinya masih cukup tinggi. Perlu adanya penguatan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam mengoptimalkan program pemerintah sebagai upaya menurunkan stunting di Desa Sembalun.”

(Foto: Suasana kegiatan pengmas di Desa Sembalun)

Sebelum kegiatan dimulai, terlebih dulu dilakukan pre-test untuk mengukur pengetahuan kader dalam mengenali dan mencegah stunting. Setelah pemberian materi dan praktik menggunakan cakram gizi oleh tim pengabdi yang terdiri dari Ari Nurfikri, S.K.M., M.M.R.; Supriadi, S.K.M., M.A.R.S.; Nia Murniati, S.K.M., M.K.M.; Elsa Roselina S.Kep., M.K.M.; dan Badra Al Aufa, M.K.M., kader posyandu diberikan post-test, serta mempraktikkan penggunaan cakram gizi. Tim pengmas Vokasi UI juga memberikan cakram gizi untuk usia 1-19 tahun dan ibu hamil yang dapat digunakan oleh posyandu di Desa Sembalun.

“Pengetahuan mengenai pencegahan stunting dan keterampilan kader mengenali stunting menggunakan cakram gizi dapat diimplementasikan di posyandu saat ibu hamil, ibu menyusui, serta ibu nifas yang memiliki bayi dan balita yang datang satu bulan sekali,” ujar Ari.

(Foto: Pemberian plakat oleh Ari Nurfikri kepada perwakilan Desa Sembalun)

Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengungkapkan bahwa kegiatan pengmas yang dilakukan oleh prodi Administrasi Rumah Sakit tersebut menunjukkan bahwa Vokasi UI sangat peduli dengan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya penekanan angka stunting. “Vokasi UI terus berupaya untuk memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia, bukan hanya melalui pendidikan, riset, dan pengajaran, melainkan juga pemberian manfaat berupa pengabdian masyarakat dengan perhatian kepada berbagai sektor, baik kesehatan, ekonomi, komunikasi, maupun lainnya. Kegiatan pengmas tersebut dilakukan demi mewujudkan Indonesia yang semakin kuat dan maju,” ujar Padang.

Ari menambahkan, “Melalui kegiatan pengmas ini, diharapkan dapat meningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam mengenali dan mencegah stunting di 31 Posyandu yang terdapat di Desa Sembalun. Dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tersebut akan menurunkan prevalensi terjadinya stunting di Desa Sembalun dan Kabupaten Lombok Timur secara keseluruhan.”

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!