Depok-Program studi Produksi Media, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), melangsungkan pameran karya proyek Transmedia Storytelling pada Jumat (08/12/2023). Berlokasi di Gedung VC Vokasi UI, pameran tersebut diisi oleh empat belas kelompok mahasiswa Produksi Media angkatan 2022 sebagai bagian dari penilaian Ujian Akhir Semester. Pameran tersebut mengusung berbagai macam tema yang diklasifikasikan dalam tiga kategori besar, yaitu transmedia storytelling for brand, transmedia storytelling for social change, dan fiction transmedia storytelling. Pada kesempatan tersebut, turut hadir Deni Danial Kesa, MBA., Ph.D, Wakil Direktur Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan Vokasi UI; Alexander Tendo Argi Pratama, Creative Technology Tedstud; Dyah Paramita Saraswati, Music Editor Spotify; Ngurah Rangga Wiwesa, M.I.Kom., Ketua Program Studi Produksi Media; dan Nailul Mona, M.Si., dosen pengampu mata kuliah Transmedia Storytelling.

Di penghujung mata kuliah Transmedia Storytelling, mahasiswa secara berkelompok diminta untuk membangun sebuah story yang disampaikan melalui beragam media dan experience. Kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin oleh para mahasiswa untuk menampilkan karya terbaiknya dengan memanfaatkan media yang sangat beragam dan dipamerkan di booth masing-masing. Mulai dari media konvensional seperti poster, stiker, komik, buku, kaos; juga media digital seperti game, film, quiz, podcast, musik, media sosial, dan lainnya. Pengunjung yang hadir dapat melihat dan mendapatkan informasi dari karya mahasiswa. Mereka juga dapat bermain game, menjajal augmented reality (AR), mencoba simulator, berfoto dengan cosplayer, bermain quiz, dan sebagainya.

(Foto: Salah satu booth di Transmedia Exhibition berjudul “Dolanan Nostalgia”)

Salah satu story yang ditampilkan pada pameran tersebut adalah “Dolanan Nostalgia”. Cerita yang dibawakan adalah nostalgia mainan masa kecil yang kini makin jarang dimainkan, seperti congklak, bekel, tiup balon karet, kelereng, kapal mainan, dan lainnya. Pengunjung yang hadir dapat mencoba permainan tersebut sekaligus mencicipi jajanan anak-anak yang disediakan. Kelompok lainnya, “Meet the Myth”, mengangkat cerita rakyat Indonesia yang disampaikan melalui berbagai media kekinian, seperti podcast dan peta yang dilengkapi QR code. Sedangkan kelompok “The Legend of Horror UI” khusus membahas cerita-cerita horor di lingkungan kampus UI. Kelompok tersebut menampilkan story pada beberapa media seperti video wawancara dengan satpam kampus, video uji nyali, horror event, stiker, dan gantungan kunci. Selain itu, booth pameran juga dilengkapi dengan dekorasi tematik yang spooky dan game berhadiah “blood”. Menariknya, beberapa mahasiswa melakukan cosplay menjadi hantu untuk menarik perhatian pengunjung.

(Foto: Booth “The Legend of Horror UI” di Transmedia Exhibition)

Tak hanya tentang fiksi, ada juga kelompok yang memilih story tentang kultur “Skena” atau akronim dari “Sua, cengKErama, kelaNA” yang kini sedang marak diperbincangkan anak muda. Tujuan yang ingin diraih adalah menunjukkan bahwa skena yang kerap mendapatkan stigma negatif di masyarakat, pada kenyataannya tidak demikian. Sebab, skena hanya keunikan dan kebebasan berekspresi yang dianut oleh anak muda, terutama generasi Z. Kelompok tersebut menampilkan barang-barang yang dipakai oleh anak-anak skena seperti baju, sepatu, dan jaket sekaligus mempersilakan pengunjung untuk mengenakan baju ala anak skena dengan cara mix and match pakaian skena. Selain itu, kelompok tersebut juga membuat video musik dan podcast berjudul “Jaksel vs EVERYBODY” yang membicarakan tentang kehidupan kultur Jakarta Selatan.

Tak kalah menarik, ada pula kelompok yang mengangkat isu sosial mengenai menstruasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai menstruasi di kalangan laki-laki, serta meluruskan mitos-mitos yang muncul terkait menstruasi. Booth pameran tersebut dilengkapi dengan instalasi seni lukis, komik mitos menstruasi, poster, stiker, pemutaran film pendek, dan yang paling menarik perhatian pengunjung adalah alat simulator rekayasa menstruasi. Alat tersebut dianggap mampu menghasilkan rasa nyeri yang setara dengan rasa nyeri yang dirasakan perempuan saat menstruasi.

(Foto: Salah satu pengunjung Transmedia Exhibition mencoba alat simulator rekayasa menstruasi)

Rangga mengatakan bahwa masih banyak story dan media yang ditampilkan oleh mahasiswa Produksi Media sepanjang berlangsungnya pameran. “Pameran tersebut menjadi ajang unjuk gigi kemampuan mahasiswa guna menciptakan karya-karya terbaik mereka melalui perantara berbagai macam media. Dari pameran ini saya berharap mereka belajar untuk menampilkan sebuah topik secara efektif dan menarik,” ujar Rangga.

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!