DEPOK –  Indonesia dikenal sebagai negara multikultur dengan keragaman bahasa mencapai lebih dari 700 bahasa daerah. Faktanya, ada bahasa derah yang kini punah karena tidak lagi digunakan untuk berkomunikasi antar masyarakat. Ada pula bahasa daerah seperti Bahasa Jawa yang masih digunakan lebih dari 80 juta masyarakat di Indonesia. Tetapi, keberadaan bahasa Jawa ini juga cukup terancama terutama karena mobilitas penduduk yang pindah wilayah menyulitkan anak-anak yang lahir dari penutur Jawa masih mengerti dan dapat berbahasa Jawa. Seperti di Kota Depok yang banyak dihuni pendatang berbahasa Jawa yang datang ke kota tersebut.

 

Alasan itulah yang menjadi dasar Program Pengabdian Masyarakat UI. Program ini adalah Program UI Aksi Peduli Ramah Anak dengan pengabdi Priyanto dan Dyah Safitri dari Program Pendidikan Vokasi UI. “Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk menstimulasi anak-anak dari orangtua penutur Jawa untuk tetap dapat mengerti dan bisa berkomunikasi menggunakan bahasa daerah. Minimal di lingkungan keluarga,” kata Priyanto “Jumlah siswa dengan orangtua penutur bahasa Jawa cukup banyak di Kota Depok pada tanggal 25 September 2018. Anak-anak semestinya paham dan mengerti bahasa dan tata krama Jawa kalau di lingkungan keluarga sudah mulai diajarkan,” ujar Dyah Safitri.

Kegiatan ini dilakukan pada Selasa (25/9/2018) di SDN Anyelir 1 Kota Depok dengan melibatkan 60 siswa yang terlahir dari orangtua penutur Jawa. Dengan mengenalkan mereka pada kebudayaan dan bahasa Jawa sejak dari sekolah dasar, anak-anak akan dapat berinteraksi dengan mudah ketika saat dewasa nanti memiliki mobilitas ke kota lain di Pulau Jawa ataupun luar Jawa. “Pengenalan bahasa Jawa kepada anak-anak dengan cara yang fun melalui lagu dan dolanan anak-anak dapat berkesan dan menggugah mereka untuk belajar dan mengerti bahasa Jawa,” kata Sri Suparni, kepala sekolah SD Anyelir 1 Kota Depok ketika memberi sambutan.

Program Pengabdian Masyarakat ini memfokuskan pada pembelajaran dan pengertian pada bahasa Jawa sehingga memberi kesan bahwa bahasa Jawa itu mudah. Pendekatan yang dilakukan adalah mengetahui prinsip bahasa Jawa yang memiliki tingkatan bahasa dari ngoko, kromo, hingga kromo inggil yang harus digunakan dengan tepat. Pengetahuan lain tentang filosofi Jawa, wayang kulit, dan hasil-hasil kebudayaan Jawa lainnya juga disinggung dalam kegiatan ini. Yang menarik, pendekatan kepada anak-anak lebih mengena ketika dikenalkan melalui gerak dan lagu. Lagu Esuk-esuk yang menggambarkan bagaimana anak selalu siap belajar dan pergi ke sekolah termasuk dalam pengenalan terhadap bahasa Jawa. Kegiatan lainnya adalah anak-anak diajak bermain dolanan Cublak-cublang suweng sambil bernyanyi yang kaya makna filosofis masyarakat Jawa.

“Menyenangkan, kami bisa bermain sekaligus belajar bahasa Jawa. Nanti di rumah saya coba ikut berbahasa Jawa dengan orangtua,” kata Anindita Artanti Maheswari sumringah. Ia adalah salah satu peserta perempuan dari kelas 5 SDN Anyelir 1 Depok  yang mengikuti program ini. Menurutnya, dengan diajarkan melalui bermain, ia lebih mudah mencerna kata-kata dalam bahasa Jawa daripada hanya mendengar dari obrolan orangtua mereka di rumah.

Harapannya dengan program pengabdian masyarakat ini, kelestarian bahasa daerah terutama bagi generasi baru dari penutur Jawa dapat dipertahankan. Meski berada tidak di wilayah berbahasa Jawa sekalipun, mereka dapat mengerti dan berkomunikasi dalam bahasa Jawa. Dengan  bahasa daerah yang tetap lestari maka kebudayaan Indonesia akan terus kaya.

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!