Depok-Storytelling merupakan hal yang sudah menjadi bagian dari manusia sebagai makhluk sosial. Dimulai dari nenek moyang manusia modern yang melakukan storytelling dengan medium pahatan, ilmu storytelling terus berevolusi hingga kini. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Yoris Sebastian, Author of Meaningful Storytelling Book and Founder and Creative Thinker of OMG Consulting dan Umayanti Utami, Co-Author of Meaningful Storytelling Book and Business Director of OMG Consulting pada kuliah umum bertajuk “Meaningful Storytelling” di Auditorium Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) pada Senin (09/10).

Kegiatan kuliah umum tersebut dibuka oleh Ketua Departemen Sosial Humaniora Terapan, Dr. Budiman Mahmud Musthofa, S.Sos., M.Si. “Kuliah umum yang berfokus pada ilmu storytelling ini relevan dengan mahasiswa program studi Hubungan Masyarakat. Setelah lulus, mereka akan banyak melakukan program komunikasi dan memerlukan kemampuan untuk ‘memikat’ banyak orang,” kata Budiman.

Umayanti menceritakan pengalamannya di PT Tupperware Indonesia yang mengelola storytelling dengan program sosial peduli kesehatan anak bernama “Aku Anak Sehat”. Pada program tersebut, Umayanti melakukan penyuluhan gaya hidup sehat di sebuah sekolah dasar. Pihak Tupperware membangun fasilitas cuci tangan di SD tersebut dan mengedukasi guru serta orang tua untuk ikut membimbing siswa. Setelah diadakan program tersebut, siswa mulai mengubah pola hidup sehat dan orang tua menjadi lebih aware terhadap pola hidup sehat. Hal tersebut membuktikan bahwa storytelling berhasil memberi dampak baik bagi para audiens.

(Foto: Pemberian buku bertajuk Meaningful Storytelling yang ditulis Yoris dan Umayanti)

Dalam kuliah umum tersebut, Yoris dan Umayanti menjelaskan definisi storytelling menurut berbagai pendapat, salah satunya adalah pendapat neuroscientist. “Menurut neuroscientist, storytelling adalah cara untuk mentransfer ingatan di seluruh otak kepada orang lain. Dalam storytelling, kita saling bertukar memori dengan audiens,” ujar Yoris. “Namun, dalam definisi lain, kita dapat membangun reputasi yang kita miliki dengan storytelling. Parameter baik dan buruknya reputasi, akan diukur dari tone informasi yang disampaikan,” tambah Umayanti.

Di sela perkuliahan umum tersebut, mereka menyampaikan harapan terhadap kemajuan serta perkembangan storytelling pada pemuda di Indonesia. “Anak muda zaman ini ‘kan storyteller ya, bedanya lewat konten. Kami harap kalian bisa mengejar esensi tanpa sensasi. Baik menjadi storyteller yang mengomunikasikan tujuan tertentu maupun yang menginspirasi untuk bertindak,” ucap Yoris.

“Kami harap, pemuda seperti kalian dapat membuat konten bermutu yang berani. Kalian tidak perlu khawatir, tingkatkan storytelling skill kalian dengan adanya kemauan berlatih public speaking,” ujar Umayanti. Di akhir perkuliahan umum, Yoris dan Umayanti memberikan buku ke-11 mereka yang baru rilis, yaitu “Meaningful Storytelling”.

Buku tersebut menceritakan tentang pengalaman beberapa tokoh nasional maupun internasional mengenai perjuangan hingga keberhasilan mereka dalam dunia industri berkat storytelling. Tak hanya itu, tertulis juga sejarah dari storytelling hingga langkah-langkah dan komposisi yang tepat dalam membuat sebuah topik storytelling yang beresensi.

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!