Depok-Big Data atau mahadata merupakan sekumpulan data dengan jumlah besar dan diperoleh dari beberapa organisasi, seperti media sosial, situs web perusahaan, mesin pencarian, dan lainnya. Di tengah disrupsi digital saat ini, sebagian masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk berselancar di internet. Mereka bisa menjadi penonton atau kreator dengan pengaruh yang besar sehingga dapat mempromosikan suatu produk, baik barang maupun jasa.

Melihat kondisi tersebut, program studi (prodi) Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) menggelar inbound lecture bersama National University of Singapore (NUS) dengan tema “Digital Transformation in Strategic Communication: How to Manage Big Data for Your Personal and Corporate Branding Campaign” pada Senin (24/10/2022). Kuliah umum yang dihadiri lebih kurang sebanyak 200 peserta tersebut diisi oleh Dr. Suchiwit (Sean) Chaidaroon, dosen senior Fakultas Seni & Ilmu Sosial NUS.

(Foto: Sean sedang memaparkan materi tentang transformasi digital saat ini)

“Melalui konten dan unggahan di media sosial yang terkumpul, perusahaan dapat mengetahui waktu terbaik untuk mengunggah konten dan berinteraksi dengan audiens lewat siaran langsung Instagram atau TikTok,” ungkap Sean. Sering kali terdapat kesalahan dalam penggunaaan mahadata oleh publik figur maupun pemerintah. Sean memberikan sebuah contoh terkait kampanye yang dilakukan tim humas Donald Trump yang diadakan di Oklahoma akan dikunjungi puluhan ribu pengunjung. Tetapi, pada kenyataannya hanya 6.000 orang saja yang hadir dalam acara tersebut. Hal tersebut disebabkan karena ketidaktahuan tim humas Donald Trump dalam mengumpulkan dan menggunakan data. Mereka hanya mengambil data dari satu sumber tanpa melibatkan masyarakat secara keseluruhan untuk mendapatkan data yang beragam.

Sean menambahkan bahwa dalam membentuk branding perusahaan dan pribadi, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu volume, variety, dan velocity. Volume berisi data ribuan hingga jutaan orang yang menyebutkan brand sehingga perusahaan dapat mengetahui keberadaan mereka. Selanjutnya, variety yang biasanya berbentuk unggahan video, gambar, foto. Unggahan ini memuat impresi atau pendapat baik dan buruk pengguna produk dan jasa. Terakhir, velocity atau kecepatan penyebaran data, misalnya konten review negatif suatu produk akan tersebar cepat dan menjadi isu yang besar. Menanggapi hal tersebut, praktisi humas harus bertindak tanggap, cermat, dan cepat untuk meluruskan isu yang beredar.

Penggunaaan data dan teknologi memiliki sejumlah manfaat yang luar biasa. Akan tetapi, hal tersebut juga dapat menjadi bumerang bagi korporasi dan personal. Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan merupakan salah satu contoh teknologi yang memberikan inovasi dan kebaruan. Pemanfaatannya juga perlu diperhatikan dengan baik oleh praktisi humas.

(Foto: Perwakilan dari National University of Singapore menggambarkan perkuliahan yang dilakukan di kampus mereka)

Ketua Program Studi Hubungan Masyarakat, Mareta Maulidiyanti, S.Sos., M.M., menyatakan bahwa penggunaan mahadata dalam membentuk pemasaran personal dan korporat memiliki peranan yang penting di era yang serba digital saat ini. “Kecerdasan buatan dan mahadata akan membantu humas dalam membuat rancangan komunikasi strategis yang efisien, sehingga dapat menjangkau target audiens secara langsung,” ujar Mareta.

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!