Depok-Dewasa ini, teknologi memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat,  misalnya teknologi gawai yang kian hari semakin meningkat dan menjadi populer penggunaannya di masyarakat. Fitur dan fasilitas teknologi yang disediakan gawai semakin memudahkan dan menarik masyarakat untuk menggunakannya setiap hari. Berbagai kemudahan dan fitur yang menarik membuat berbagai kalangan, terutama pengguna pada anak-anak usia sekolah dasar, menjadi banyak dan tak terkendalikan. Dampak yang ditimbulkan akibat pengunaan gawai secara berlebihan salah satunya adalah kecanduan atau adiktif pada layar atau dikenal dengan screen dependency disorder (SDD). Gangguan tersebut mempengaruhi fungsi otak pada anak, sehingga anak akan mengalami fokus yang rendah, gangguan tidur, dan perubahan suasana hati yang drastis. Hasil penelusuran data dari Departemen Medik Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo pada 2022 menunjukkan sejumlah 2.933  remaja mengalami kecanduan internet dengan peningkatan durasi penggunaan dari 7,27 jam menjadi 11,6 jam per hari.

Menjawab permasalahan tersebut, program studi Bisnis Kreatif, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) yang terdiri dari dosen dan mahasiswa  membuat program dan edukasi untuk anak-anak usia sekolah dasar di Depok, Jawa Barat dalam bentuk pengabdian masyarakat (pengmas) akan bahaya penggunaan gawai berlebihan pada Selasa (21/11/2023).

(Foto: Salah satu kegiatan pengmas berupa membuat handprint dengan cat)

Hasyim Asy’ari, M.Psi.T., ketua pengabdi menyampaikan bahwa kegiatan pengmas tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anak-anak terhadap dampak penggunaan gawai secara berlebihan. Menurutnya, “Kegiatan akan dilakukan dalam beberapa tahapan. Selain memberikan edukasi melalui pelatihan kepada anak-anak, juga dilakukan pendampingan untuk guru dan orang tua setelah anak-anak mendapatkan pelatihan. Kegiatan tersebut diharapkan tidak hanya menyasar paada ranah kognitifnya saja, melainkan juga anak diberikan kesempatan untuk mengubah kebiasaan mereka melalui alternatif berbagai kegiatan yang menyenangkan selama di rumah selain bermain gawai,” ujar Hasyim.

Sebelum pengmas tersebut dilaksanakan, telah dilakukan survei dan wawancara terlebih dahulu terhadap orang tua dan guru di sekolah dasar di Depok, untuk memahami permasalahan yang lebih spesifik yang dialami oleh anak-anak. Dari hasil survei tersebut, banyak anak-anak mengalami kondisi akibat penggunaan gawai secara berlebihan, seperti perubahan suasana hati, ketidakstabilan emosi, tantrum, konsentrasi menurun, dan keluhan fisik pada leher belakang dan penglihatan.

Maka dari itu, kegiatan pengmas tersebut juga membuat program intervensi dengan menggunakan teknik bermain peran atau roleplay, yaitu mahasiswa memerankan beberapa tokoh yang menceritakan dampak negatif dari kecanduan gawai. Melalui kegiatan ini, anak-anak dapat dengan mudah memahami pesan yang disampaikan. Mahasiswa juga membuat kampanye edukasi dengan menyematkan cap tangan pada spanduk dan mendeklarasikan stop penggunaan gawai berlebihan.

(Foto: Hasil handprint karya anak-anak tingkat sekolah dasar di lingkungan Depok)

Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengatakan bahwa kegiatan pengmas tersebut menjadi salah satu wadah bagi dosen dan mahasiswa untuk terjun di sekitar masyarakat dan memberikan solusi pada permasalahan yang saat ini terjadi. “Saya berharap agar kegiatan pengmas tersebut tidak hanya memberikan wawasan dan kesadaran kepada anak-anak, melainkan juga menghasilkan kolaborasi yang efektif antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi dan mengontrol penggunaan gawai anak di rumah,” ungkap Padang.

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!