Depok-AI-RO, sebuah karya seni yang mengilustrasikan robot sebagai artificial intelligence yang seakan memindai wajah manusia, merupakan karya yang diciptakan Grace Victoria Brahmana, mahasiswa program studi Bisnis Kreatif, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia. Karya tersebut merupakan proyek akhir yang dilakukannya untuk mata kuliah Digital Art and Object Making di The University of Western Australia. Grace berkesempatan mengikuti perkuliahan di kampus Top 100 QS Ranking tersebut selama satu semester setelah melewati seleksi program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2023.
Penamaan AI-RO diambil dari akronim AI yaitu Artificial Intelligence. Sementara RO diambil dari dua huruf nama tengah Victoria, ‘O’ dan ‘R’ yang dibalik menjadi RO. Dalam desain ilustrasinya, AI-RO diciptakan dengan menggunakan bahan cermin dan kayu Medium Density Fiber (MDF). Sebelah kiri pada cermin yang berbentuk bulat tersebut ditumpuk oleh kayu MDF yang dipotong oleh laser. Lapisan potongan kayu pada bagian kiri AI-RO memberikan detail dan menampilkan bayangan yang menjadi fokus utama. Di sebelahnya, terdapat legenda yang diukir dalam bahasa Latin, menjelaskan deteksi warna-warna yang terdapat pada sebelah kanan cermin.
(Foto: AI-RO, karya seni adaptasi AI milik Grace Victoria Brahmana)
Cara kerjanya sangat mudah. Audiens dapat becermin dan melihat pantulan dirinya di sisi kanan dimana terdapat detektor kotak berwarna-warni. Warna-warna tersebut juga memiliki makna, seperti warna merah muda yang melambangkan pipi yang merona, hijau melambangkan pohon pengetahuan, dan biru yang melambangkan ketenangan. Detektor ini seakan-akan menunjukkan letak bagian wajah audiens, seperti letak mata, hidung, dan pipi. Saat ini, AI-RO masih berupa cermin seperti umumnya. Namun, Grace berharap ke depannya AI-RO akan dapat mendeteksi wajah menggunakan teknologi secara kompleks melalui kolaborasi dengan beragam keilmuan.
Grace menjelaskan bahwa karya AI-RO terinspirasi dari Ai-Da, seniman robot pertama di dunia yang memiliki kemampuan melukis dengan memanfaatkan mesin artificial intelligence. Grace juga mengambil inspirasi dari pameran Tony Oursler, ‘template/variant/friend/stranger’, “Sebagai mahasiswa Bisnis Kreatif, AI-RO dapat meningkatkan kreativitas dalam diri saya untuk berpikir secara kreatif dalam menciptakan sebuah karya seni. Proses berpikir kreatif ini sangat bermanfaat bagi diri saya untuk menciptakan solusi atau pengembangan produk. Ke depannya, saya ingin mengembangkan AI-RO yang dapat memindai ekspresi manusia secara otomatis, seperti menampilkan perasaan senang, sedih, atau marah,” ungkap Grace.
(Foto: Suasana kegiatan belajar mengajar di The University of Western Australia)
Selain belajar di kelas, salah satu aspek manfaat utama dari IISMA adalah berkesempatan untuk membuka jejaring pertemanan dengan mahasiswa mancanegara maupun dosen. Grace menjelaskan, “Saya berkomitmen untuk tidak mengambil kelas bersama teman-teman Indonesia lainnya. Dengan demikian, saya akan berinteraksi dengan sesama penduduk lokal, bahkan orang asing. Setiap pertemuan dengan mereka, saya memperkaya diri dengan belajar mengenai budaya, tradisi, dan gaya hidup dari latar belakang yang berbeda-beda. Begitu pula sebaliknya, saya juga menjelaskan mereka terkait budaya Indonesia.” Di samping itu, Grace juga mengisi waktu luang selama berkuliah di negara kangguru tersebut menjadi sukarelawan di beberapa festival, salah satunya adalah Evernow Perth 2023.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengapresiasi hasil karya yang diciptakan Grace. Menurutnya, kesempatan kuliah di luar negeri akan memberikan pengalaman baru yang belum pernah didapatkan mahasiswa di Indonesia sebelumnya. “Saya berharap agar kesempatan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mahasiswa Vokasi UI untuk mengembangkan soft-skill dan hard-skill mereka. Pengalaman tersebut akan menjadi bekal bagi mereka setelah lulus dari Vokasi UI,” tutup Padang.