Depok-Titel Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik kedua di dunia dan negara pengimpor sampah plastik menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah, akademisi, dan masyarakat yang harus dapat diselesaikan. Selama ini, permasalahan sampah plastik masih bertumpu pada pemerintah dan belum ada sinergi antara ketiga stakeholder tersebut. Intervensi pemerintah pusat dan pemerintah daerah sudah banyak dilakukan dalam mengatasi masalah sampah plastik. Sehingga, diperlukan penguatan pengetahuan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah plastik. Hal tersebut disampaikan oleh ketua pengabdian masyarakat (pengmas) sekaligus dosen program studi (prodi) Administrasi Rumah Sakit, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), Ari Nurfikri, S.K.M., M.M.R., saat melakukan kegiatan pengmas di Sekolah Masjid Terminal (Master) Indonesia, Depok, Jawa Barat pada Agustus lalu.

Provinsi Jawa Barat, menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), menjadi provinsi ketiga nasional dengan timbunan sampah tertinggi pada 2023, yakni sebanyak 4,3 juta ton. Kota Depok menyumbangkan timbulan sampah yang cukup banyak, sehingga tempat pembuangan akhir (TPA) yang tersedia menjadi melebihi kapasitasnya. Upaya penanggulangan sampah plastik dilakukan dosen Vokasi UI tersebut melalui kolaborasi dengan mitra kerja sama Plasticpay. Ari mengatakan, “Kami mengedukasi siswa-siswi Sekolah Master untuk menyadari pentingnya pengelolaan sampah plastik. Sehingga, generasi muda dapat menjadi teladan untuk menjaga kelestarian lingkungan dari sampah plastik.”

Siswa Sekolah Master merupakan peyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang sebagian dari mereka bekerja serabutan di pagi hingga siang hari untuk memenuhi kebutuhannya, kemudian siang hingga sore hari belajar di Sekolah Master mengambil paket C. Salah satu upaya dalam dalam mengedukasi siswa Sekolah Master untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya pengelolaan sampah plastik perlu dibarengi dengan inovasi, salah satunya dengan menggandeng Plasticpay, yaitu gerakan sosial berbasis platform digital yang mengajak masyarakat untuk mengubah sampah plastik menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.

Kegiatan pengmas tersebut juga memberikan edukasi terkait pemisahan sampah organik dan anorganik agar mudah diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi. Sampah anorganik, seperti botol plastik yang sulit diurai alam, perlu dikelola dengan prinsip circular economy agar menjadi produk lain yang lebih bernilai. Pada kesempatan tersebut, tim pengabdi yang terdiri dari Supriadi, S.K.M., M.A.R.S., Dr. Nia Murniati, S.K.M., M.K.M., Elsa Roselina, S.Kep., M.K.M., serta Deni Danial Kesa, MBA., Ph.D, dan tim dari Plasticpay, melakukan demo atau praktik penggunaan dropbox milik Plasticpay. “Sampah botol plastik dikumpulkan dalam dropbox yang diberikan Plasticpay kepada Sekolah Master tersebut. Sampah botol plastik akan di-pick up oleh tim Plasticpay dan dikonversi menjadi saldo uang elektronik,” tambah Ari.

Sebanyak empat puluh siswa yang hadir mengikuti kegiatan pengmas tersebut diharapkan menjadi lebih sadar untuk tidak membuang plastik sembarangan. Sehingga, dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran tersebut akan menurunkan timbunan sampah plastik di Kota Depok, serta memberikan dampak ekonomi berupa tambahan pendapatan bagi siswa PMKS tersebut.

WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!