Depok-Autisme merupakan spektrum gangguan perkembangan otak yang memengaruhi cara berinteraksi, berkomunikasi, dan berperilaku. Merujuk pada data dari Kementerian Kesehatan RI, sepanjang 2020-2021 tercatat lebih dari 5.000 kasus gangguan perkembangan anak, termasuk autisme, yang dilaporkan telah mendapatkan layanan di fasilitas kesehatan primer, seperti puskesmas atau posyandu. Dalam upaya mendeteksi dini autisme, tak hanya diperlukan peran orang tua, tetapi juga guru dan kader puskesmas atau posyandu untuk jeli dan aktif mengamati perilaku dan pola komunikasi anak-anak. Untuk itu, pemahaman dalam melakukan deteksi dini pada autisme menjadi penting.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Gunawan Wicaksono, A.Md.OT., S.K.M., M.Si., dosen program studi Terapi Okupasi, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), baru saja melaksanakan program pengabdian masyarakat (pengmas) di Azizah Islamic School, Jakarta Utara mengenai peningkatan pemahaman guru dan kader posyandu tentang deteksi dini autisme. Kegiatan pengmas yang diselenggarakan pada Jumat (12/01/2024) tersebut diselenggarakan sebagai bentuk kontribusi dari akademisi untuk masyarakat, khususnya dalam upaya mendeteksi gangguan perkembangan pada anak sejak dini.

(Foto: Gunawan saat memberikan pemaparan mengenai deteksi dini autism pada anak)

Dalam pengmas, ia menyampaikan bahwa deteksi dini menjadi kunci untuk memberikan intervensi yang tepat pada anak-anak yang mungkin mengalami autisme. “Melibatkan guru dan kader posyandu untuk deteksi dini autisme memiliki dampak yang signifikan. Mereka berada di posisi strategis untuk mengamati anak-anak sehari-hari. Semakin dini autisme dideteksi, semakin baik pula intervensi yang dapat diberikan untuk mendukung perkembangan anak,” papar Gunawan.

Selama program berlangsung, sebanyak tiga puluh peserta yang terdiri dari guru-guru sekolah dasar dan kader posyandu diajak untuk memahami ciri-ciri autisme, serta metode deteksi dini yang dapat diterapkan pada lingkungan sekitar anak-anak. Di samping itu, Gunawan juga memberikan materi mengenai pentingnya peran komunitas dalam mendukung anak-anak dengan autisme.

(Foto: Suasana kegiatan pengmas yang dilakukan di Azizah Islamic School)

Program tersebut juga menyediakan sesi diskusi dan tanya jawab, memungkinkan peserta untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka. Hal tersebut menciptakan suasana yang interaktif dan mendukung kolaborasi antarsektor dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anak-anak di masyarakat. Azizah, seorang guru di Azizah Islamic School, menyatakan, “Saya sangat berterima kasih atas program pengmas ini. Pengetahuan tentang autisme sangat penting untuk kami yang berada di garis depan dalam pendidikan anak-anak. Semoga ke depannya, program seperti ini dapat terus dilaksanakan.”

Kolaborasi lintas sektor menjadi sebuah sinergi penting antara perguruan tinggi, sekolah, dan masyarakat dalam meningkatkan pemahaman mengenai autisme. “Ini adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai akademisi untuk memberikan kontribusi positif pada masyarakat. Melalui program-program pengmas seperti ini, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan peduli terhadap anak-anak dengan kebutuhan khusus,” tutup Gunawan.

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!