Bali, 2019 – Sosialisasi maraton mitigasi bencana di empat tempat, Tim Pengmas DRPM & Klinik Digital Vokasi Humas UI melaksanakan kegiatan Pengmas bertajuk: “Mitigasi Bencana. Terapi Kejiwaan Pasca Bencana” bersama lebih dari 250 peserta di empat komunitas yang berbeda, terdiri dari Warga Desa Amerta Bhuana, Siswa SD Tawakal, Orang tua murid SD Alazhar Syifa Budi dan Siswa kelas 1-3 SD Al Azhar Syifa Budi. Kegiatan sosialisasi ini menghadirkan empat pembicara yaitu Amelita Lusia (Ketua Pengabdi Pengmas Vokasi), Devie Rahmawati (peneliti sosial Vokasi UI, Reska Herlambang (pengajar praktik Vokasi UI) dan Lusi Bulur (Pemerhati Komunikasi Keluarga).

“Kami di Bali, justru merasa di saat tidak terjadi bencana, adalah saat yang tepat untuk mensosialisasikan apa yang harus dipersiapkan oleh masyarakat ketika menghadapi bencana dan pascabencana. Kehadiran tim Vokasi Humas UI benar-benar membuka mata kami tentang banyak hal, khususnya trauma yang dialami oleh anak-anak pascabencana, yang sering kali tidak terlihat dalam wajah dan perilaku anak,” ujar I Wayan Artha, Kepala Desa Amerta Bhuana.

“Berbagai bencana yang terus menghampiri kita, sering membuat kita tidak sadar bahwa kita harus memperhatikan bukan hanya persiapan terkait hal-hal bersifat material, tetapi juga persiapan mental dan moralitas,” ujar Amelita Lusia, Ketua Pengabdi Mitigasi Bencana.

“Tantangan bencana saat ini yang sering juga terlupa ialah bagaimana hoax menjadi ancaman “bencana” baru dalam bencana. Karena dampaknya yang membuat masyarakat menjadi tambah panik dan menjauh dari upaya bertahan hidup yang proporsional,” tambah Devie Rahmawati, Founder Klinik Digital Vokasi UI.

“Oleh karenanya, di dalam keluarga, harus sering melakukan dialog tentan banyak hal di meja makan, termasuk perihal bencana, agar ketika kejadian luar biasa dan tiba-tiba seperti bencana, tidak lagi mengejutkan masyarakat, terutama anak-anak dan perempuan,” ujar Luci, penggiat komunikasi keluarga.

“Tidak heran ketika anak-anak menjadi yang paling menderita di dalam situasi bencana, karena orang-orang tua tidak memperkuat diri mereka dengan pengetahuan. Orang tua banyak menghabiskan waktu dengan gadget dan sering termakan oleh hoax,” tutup Reska Herlambang, pengajar Vokasi Humas UI.

WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!