DEPOK – Menentukan jurusan bagi seorang calon mahasiswa sama seperti menentukan masa depan. Calon mahasiswa perlu memahami profesi-profesi apa saja yang potensial dimasa depan. Program studi okupasi terapi (OT) dinilai cukup menjanjikan di dunia kerja. Universitas Indonesia (UI) pun sudah membuka program studi ini sejak 1997. Sejak 2008 Program Studi ini berada dibawah naungan Program Pendidikan Vokasi UI.
Program studi ini menghasilkan Ahli Madya Okupasi Terapi yang mumpuni dalam melatih seseorang yag memiliki gangguan fisik serta jiwa untuk mampu mandiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau Activity Day Living. “Contohnya pasien stroke diajarkan pakai baju sendiri, lalu melatih anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan pertumbuhan. Lingkup pekerjaannya antara lain di pediatri, geriatri, psikososial, gangguan fisik dan kesehatan kerja. Contoh pada anak, Okupasi Terapi banyak berperan dalam membangun kemandirian anak-anak berkebutuhan khusus seperti Down Syndrome, Attention Deficit & Hyperactivity Disorders, Attention Deficult Disorder, Cerebral Palsy, Learning Disorder dan lain sebagainya” ujar Gunawan Wicakcono,A.Md. OT, SKM, M.Si, Ketua Program Studi Okupasi Terapi, Program Pendidikan Vokasi UI.
Program Studi Okupasi Terapi Pendidikan Vokasi Univerisitas Indonesia memiliki animo yang cukup tinggi dari masyarakat. Hal ini terlihat dari konsistensi kenaikan jumlah peminat program studi ini setiap tahunnya.Gunawan mengatakan untuk angkatan 2018 saja, jumlah pendaftar meningkat 30% dibandingkan tahun sebelumnya. “Animo ini tentunya tidak lepas dari kebutuhan tenaga kesehatan dibidang Okupasi Terapi. Kebutuhan masih sangat tinggi dimana dalam kondisi ideal 1 orang pasien perlu ditangani sekurangnya selama 60 menit. Seluruh rumah sakit perlu memiliki Okupasi Terapi, belum lagi sekolah-sekolah anak berkebutuhan khusus atau pengelola yayasan geritatri” tambah Gunawan.
Hermito Gideon, Kepala Laboratorium Okupasi Terapi Voaksi UI mengatakan bahwa Daya serap lulusan 100 persen yang berpotensi kerja di berbagai unit pada rumah sakit (RS) umum dan khusus, RS pemerintah dan swasta, sekolah khusus , klinik, konsultan okupasi, serta praktik dokter spesialis. Lulusan juga disiapkan peluang untuk bekerja di berbagai rumah sakit luar negeri.“Di Indonesia, hanya terdapat dua tempat pengajaran okupasi terapi yaitu di Vokasi UI dan Poltekes Surakarta,” jelasnya.
Untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja dan sesuai kebutuhan industri, Okupasi Terapi menggandeng kemitraan dengan berbagai rumah sakit swasta maupun pemerintah sebagai tempat praktik. Program Vokasi UI menerapkan kurikulum 3:2:1 dimana selama 3 semester mahasiswa belajar teori dan praktik di laboratorium, 2 semester studi kerja di dunia industri yaitu rumah sakit/klinik okupasi dan 1 semester magang. “ Ya kita bermitra dengan berbagai rumah sakit swasta maupun pemerintah seperti rumah sakit Pertamedika yang tergabung dalam Indonesia Healthcare Corporation (IHC), Holding Rumah Sakit BUMN. Selain itu, lulusan kami juga dengan Ikatan Okupasi Terapis Indonesia khususnya dalam penyusunan kurikulum sehingga selelu mengikuti perkembangan kebutuhan profesi ini.” Tambah Dion.
Cahya Ramadani, Mahasiswa Okupasi Terapi Vokasi UI sekaliguas Juara 1 Mahasiswa Berprestasi Program pendidikan Vokasi UI 2018 menyatakan bahwa dirinya sangat senang dan optimis dengan studi yang sedang ditekuninya. “Saya merasa profesi ini unik dan memiliki peluang besar di dunia kesehatan. Saya juga merasa apa yang dipelajari sangat bermanfaat bagi orang sekitar” ujar Cahya.
Sebagai gambaran, seorang okupasi terapi melakukan perkerjaan melalui 4 tahap yaitu:
- Assesment, yaitu bersama-sama dengan keluarga klien fokus pada kemampuan seseorang dan masalah yang berkaitan dengan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari klien.
- Planning, yaitu rencana kegiatan yang mencakup tujuan jangka pendek dan panjang dari pengobatan yang relevan dengan kebiasaan, peran, gaya hidup dan lingkungan.
- Intervention, yaitu Intervensi / kegiatan berfokus pada program yang berorientasi pada lingkungan dan orang. Dirancang untuk memfasilitasi aktifitas sehari-hari dan adaptasi di mana seseorang bekerja, hidup dan bersosialisasi.
- Cooperation, yaitu Kerjasama dan koordinasi dengan para profesional lain, keluarga, perawat dan relawan yang penting dalam realisasi pendekatan holistik.
Seorang Okupasi Terapi dapat bekerja di rumah sakit, klinik dan pusat rehabilitasi, sekolah khusus, industri dan perusahaan swasta, serta menjadi seorang pendidik dan konsultan. Ruang lingkup Okupasi Terapi terdiri dari pediatri (anak), geriatri (lansia), psikososial (gangguan jiwa), gangguan fisik, dan kesehatan kerja. Beberapa kondisi yang dapat ditangani oleh seorang Okupasi Terapi antara lain adalah gangguan perkembangan, gangguan sensori, gangguan system saraf, gangguan jantung, gangguan system, gangguan pada kulit, cidera, gangguan otot pada dan sendi, gangguan kognisi dan psikomotor, gangguan kesehatan mental.
- Selesai –
Mareta Maulidiyanti – Humas Vokasi UI