Depok-Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) 2025, melalui Departemen Sosial Masyarakat dan Lingkungan, menyelenggarakan kegiatan Pawpulasi, sebuah aksi steril massal kucing melalui metode Trap-Neuter-Release (TNR). Program ini dilaksanakan pada Sabtu (02/08/2025) untuk trapping dan Selasa (05/08/2025) saat release-nya, bekerja sama dengan UI Peduli Hewan dan Rumah Steril sebagai mitra klinis.
Tingkat populasi kucing liar yang meningkat merupakan isu nasional—misalnya, Jakarta diperkirakan memiliki jumlah kucing liar sekitar 860.000 ekor pada awal 2025 berdasarkan data Dinas Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Tanpa tindakan pengendalian, reproduksi tinggi ini memicu masalah kesehatan, baik untuk manusia maupun hewan, seperti zoonosis dan kepadatan populasi yang mengganggu ekosistem. Sterilisasi kucing tidak hanya bermanfaat langsung bagi kesejahteraan hewan, seperti mengurangi penyakit reproduksi, agresi, dan kelahiran berlebih, melainkan juga membawa dampak positif lingkungan. TNR telah terbukti bisa menekan populasi kucing luar hingga 50% dalam waktu 1-2 tahun dan mengurangi pengaduan seperti spraying dan perilaku lainnya.
Dalam kerangka One Health, pendekatan terpadu yang menghubungkan kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan, sterilisasi menjadi bagian dari strategi pencegahan. Dengan mengurangi jumlah kucing liar, dapat menekan risiko interaksi yang dapat menularkan penyakit, melindungi keanekaragaman hayati lokal, dan menjaga kebersihan lingkungan. Artinya, setiap tindakan sterilisasi adalah investasi untuk kesehatan bersama yaitu untuk hewan yang sehat, manusia yang aman, dan lingkungan yang terjaga.
(Foto: BEM Vokasi UI dan UI Peduli Hewan berkolaborasi melalui kegiatan Pawpulasi)
Program ini berhasil mensteril sepuluh ekor kucing—tujuh betina bernama Kici, Bubu, Ave, Cilo, Starla, Bika, dan Cirambay, serta tiga jantan bernama Billy, Hensem, dan Milo. Kucing dikumpulkan lewat pancingan makanan dan lainnya, kemudian diperiksa kondisi kesehatan sebelum operasi, dirawat inap dua hari pascaoperasi, lalu dilepas kembali dalam kondisi sehat.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengatakan bahwa kegiatan Pawpulasi juga mendukung pencapaian beberapa target Sustainable Development Goals (SDGs). Beberapa di antaranya poin ketiga (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) adalah menurunnya risiko penularan penyakit antara hewan dan manusia lewat prosedur sterilisasi; poin kelima belas (Ekosistem Daratan) agar mengurangi tekanan ekologis akibat populasi hewan invasif dan menyeimbangkan interaksi antara manusia, hewan di lingkungan kampus dan sekitar; serta poin ketujuh belas (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) meliputi kolaborasi lintas unit kampus, organisasi kemahasiswaan, komunitas hewan, dan klinik memperkuat sinergi dan pemberdayaan masyarakat.
“Program Pawpulasi adalah contoh konkret bagaimana kepedulian terhadap hewan dapat sejalan dengan agenda keberlanjutan global. Melalui steril massal, kita bukan hanya menjaga kesejahteraan kucing di lingkungan kampus, melainkan juga menjaga keseimbangan ekosistem dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi seluruh sivitas akademika. Inilah bentuk nyata kontribusi Vokasi UI terhadap pencapaian SDGs,” ungkap Padang.
(Foto: BEM Vokasi UI saat membawa pulang kembali kucing-kucing yang sudah disterilisasi)
Pasca-Pawpulasi, banyak kucing terlihat lebih sehat, jinak, dan bersih menjadikan mereka teman nyaman dan sumber stress-release bagi warga kampus. Program ini juga memperkuat kesadaran kolektif mengenai pentingnya sterilisasi hewan sebagai tindakan kasih sayang bukan kekerasan. Pawpulasi diharapkan berlanjut sebagai program berkelanjutan dan bisa diperluas ke fakultas atau area lain. Masyarakat didorong terlibat melalui donasi, relawan membantu proses penyaringan dan kampanye edukasi digital.
Ratu Zahwa, salah satu perwakilan dari panitia kegiatan Pawpulasi, mengatakan bahwa sterilisasi bukanlah tindakan kejam, melainkan bentuk kasih sayang dan tanggung jawab terhadap lingkungan secara holistik. “Kucing yang disteril cenderung lebih sehat, aman, dan tidak menimbulkan gangguan. Mereka justru bisa jadi teman yang menyenangkan di kampus. Semoga kucing-kucing yang hidup di lingkungan kampus UI bisa menjadi bagian harmonis, positif, dan berkelanjutan dari kehidupan kampus,” tutup Ratu.