Depok-Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) menghadirkan inbound lecture bertema komunikasi publik dan strategi membangun kepercayaan melalui inovasi digital melalui program studi (prodi) Hubungan Masyarakat yang terintegrasi dengan mata kuliah Pengantar Hubungan Masyarakat. Kuliah ini menghadirkan Dr. Ghazila Ghazi, dosen tamu dari Universiti Putra Malaysia dan diselenggarakan secara daring pada Kamis (09/10/2025).
Pijar Suciati, S.Sos., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah mahasiswa semester satu tersebut, menyampaikan bahwa tujuan dari kuliah ini adalah untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai penerapan komunikasi strategis dalam membangun kepercayaan publik. “Melalui pengalaman yang diberikan oleh dosen tamu dari Malaysia ini bisa diteladani inovasi dalam penggunaan teknologi untuk memperkuat hubungan antara aparat dan masyarakat,” ujar Pijar.
Melalui paparannya yang bertajuk “Mirroring from Malaysia’s Volunteer Smartphone Patrol (VSP) for Indonesia’s Communication Challenges”, Ghazila menjelaskan bagaimana Malaysia mengembangkan aplikasi Volunteer Smartphone Patrol (VSP) sebagai wujud nyata dari konsep community policing. Aplikasi ini memungkinkan masyarakat melaporkan kejadian kriminal atau aktivitas mencurigakan secara real-time, lengkap dengan foto, video, dan koordinat lokasi. Laporan yang masuk langsung diterima oleh pusat kendali Kepolisian Diraja Malaysia, diverifikasi, dan diteruskan kepada unit patroli terdekat untuk segera ditindaklanjuti.
Menurut Ghazila, keunggulan utama VSP terletak pada sistem komunikasi dua arah yang terbangun antara masyarakat dan aparat penegak hukum. Ghazila mengatakan, “Kepercayaan publik bukanlah sesuatu yang dapat muncul seketika, tetapi dibangun melalui konsistensi, keterbukaan, dan kepedulian dari pihak institusi. Teknologi tidak akan berarti tanpa transparansi dan empati dalam komunikasi.”
Lebih lanjut, Ghazila menyoroti bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar melalui platform digital seperti LAPOR! dan SiagaBencana. Namun, tantangannya terletak pada pengalaman pengguna dan efektivitas tindak lanjut yang dirasakan masyarakat. “Sebetulnya, masalah utama bukan terletak pada akses, tetapi pada pengalaman. Tentang bagaimana publik merasa dilibatkan, didengar, dan mendapat umpan balik nyata dari laporan yang mereka sampaikan,” jelasnya.
(Foto: Ghazila menjelaskan lanskap komunikasi Indonesia di era saat ini)
Ia juga menekankan bahwa tantangan komunikasi di Indonesia, mulai dari keberagaman budaya hingga arus informasi yang cepat, seharusnya tidak dipandang sebagai hambatan, tetapi dipandang sebagai peluang bagi praktisi hubungan masyarakat untuk berinovasi. Dalam konteks ini, peran humas menjadi sangat penting sebagai penghubung antara lembaga dan publik dalam membangun kembali reputasi dan kepercayaan.
Menjawab pertanyaan salah satu mahasiswa, Faleryna Arliyanti, mengenai cara memulihkan kepercayaan publik terhadap kepolisian Indonesia, Ghazila menegaskan bahwa pemulihan reputasi memerlukan waktu dan pendekatan yang menyentuh sisi manusiawi. Ia mencontohkan kasus global seperti skandal Volkswagen pada tahun 2015 lalu, dimana mereka menggunakan perangkat lunak untuk mencurangi uji emisi di Amerika Serikat atas 11 juta kendaraannya. Melalui kasus Volkswagen tersebut, Ghazila ingin menunjukkan bahwa transparansi dan tanggung jawab merupakan kunci utama dalam mengembalikan kepercayaan masyarakat. “Humas berperan besar di sini, untuk menciptakan koneksi yang jujur dan berkelanjutan antar seluruh lapisan,” ujarnya.
Kuliah umum bersama Ghazila berhasil memperkaya pemahaman mahasiswa tentang konsep komunikasi strategis sekaligus nilai dasar dalam praktik hubungan masyarakat, yaitu dengan membangun kepercayaan melalui dialog dan tidak lagi hanya dengan pesan satu arah. Di akhir sesi, Ghazila menyampaikan pesannya, “Teknologi hanyalah sarana dalam praktik kehumasan. Yang membuatnya hidup adalah manusia di baliknya, yaitu mereka yang mau mendengar, berkomunikasi, dan membangun kepercayaan.”
Melalui sesi ini, mahasiswa Vokasi UI diajak untuk melihat bahwa komunikasi publik adalah keterampilan sosial yang mampu menjembatani jarak antara pemerintah dan masyarakat, serta menjadi fondasi bagi terciptanya kepercayaan yang berkelanjutan.




