Depok-Dewasa ini, banyak kota di dunia menghadapi tantangan besar dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua kalangan. Polusi udara yang semakin parah, ruang hijau kian menyusut, dan kemacetan menjadi rutinitas yang menggerus kualitas hidup masyarakat. Di tengah semua masalah ini, saat bicara tentang perencanaan kota hampir semua diskusi berkutat pada para ahli, baik arsitek, perencana tata kota, maupun politisi. Sementara itu, suara anak-anak yang juga menjadi penghuni masa depan kota jarang didengar.

Ketika berbicara tentang pembangunan kota masa depan, jarang terlintas bahwa anak-anak memiliki peran penting dalam menentukan arah desain kota. Berdasarkan penelitian terbaru yang diketuai Dr. Poeti Nazura Gulfira Akbar, S.T., M.Sc., seorang dosen Manajemen Bisnis Pariwisata, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa generasi alfa, menawarkan visi luar biasa tentang kota ideal yang jauh lebih baik, lebih hijau, dan lebih maju dari yang kita bayangkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan gamifikasi melalui platform Roblox untuk menggali ide-ide mereka dalam perancangan Ibukota Nusantara (IKN), yang digadang sebagai kota pintar pertama di Indonesia. Gamifikasi merupakan sebuah pendekatan dengan menggunakan elemen permainan untuk berbagai konteks, seperti proses pembelajaran, penelitian, maupun lainnya. Penggunaan konsep gamifikasi juga turut mendukung beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), mulai dari gamifikasi sebagai media untuk mendesain kota yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkelanjutan (SDGs 11); menjadi alat pendidikan yang menarik bagi generasi alfa belajar tentang pembangunan kota, teknologi, dan keberlanjutan (SDGs 14); serta menjadi salah satu cara merancang solusi kreatif bagi tantangan infrastruktur masa depan (SDGs 9).

Tujuan penelitian ini bukan hanya untuk memahami visi anak-anak, tetapi juga untuk mengangkat suara mereka ke tingkat pengambilan keputusan, seperti melalui policy brief yang relevan dengan pembangunan IKN. “Anak-anak termasuk kelompok yang jarang dianggap oleh pemangku kepentingan. Bahkan dari rakyat biasa, kelompok seperti anak-anak dan lansia sering terpinggirkan,” jelas Poeti.

(Foto: Dr. Poeti Nazura Gulfira Akbar, S.T., M.Sc., dosen prodi Manajemen Bisnis Pariwisata)

Dengan memilih generasi alfa, tepatnya yang berusia 10-12 tahun, penelitian ini menargetkan kelompok yang tumbuh di era digital. Melalui pendekatan gamifikasi, penelitian ini menggunakan platform Roblox, sebuah permainan daring gratis yang memungkinkan penggunanya membuat, mendesain, dan mengreasikan gim mereka sendiri. Penelitian ini juga memilih anak-anak yang berasal dari Jabodetabek karena lingkungan urban tempat mereka tinggal yang memungkinkan mereka memahami tentang tantangan perencanaan kota.

Tim peneliti juga mengadakan lokakarya pada April hingga Juni 2023 terlebih dahulu guna melihat persepsi anak-anak dalam memainkan gim Roblox dan desain tata kota yang mereka lakukan pada gim tersebut. Mereka diberikan kebebasan untuk mengekspresikan ide melalui desain kota yang mencerminkan harapan mereka, yaitu kota tanpa polusi dengan banyak ruang hijau, sekolah dan kantor yang dekat dengan rumah, serta sistem transportasi umum yang efisien. “Desain buatan mereka jauh di luar ekspektasi kami dari apa yang kami harapkan sebelum penelitian ini. Misalnya, mereka menyarankan penggunaan energi angin dan kendaraan listrik untuk menggantikan bahan bakar fosil. Anak-anak memahami bahwa kota yang ideal adalah tempat yang memprioritaskan pejalan kaki dan pengendara sepeda. Mereka juga menginginkan kota yang dekat dengan alam, lengkap dengan taman dan hutan kota yang mampu menyerap karbon dan menyediakan udara segar,” ungkap Poeti.

Penelitian ini memberikan rekomendasi penting bagi pemerintah dan perencana kota. Dengan melibatkan anak-anak dalam proses desain, akan tercipta kota yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Visi mereka tentang kota yang memprioritaskan lingkungan, transportasi publik, dan kualitas hidup sangat relevan dengan konsep 15-minute city, yaitu semua kebutuhan dapat dijangkau dalam waktu lima belas menit berjalan kaki atau bersepeda.

“Ternyata gen alfa lebih pintar dari yang kita duga, mereka bisa mengelaborasikan pikiran mereka dan pengalaman yang mereka alami di usia yang sangat dini,” tambah Poeti. Penelitian ini juga membuktikan bahwa gim, yang sering dikonotasikan negatif, dapat menjadi alat pendidikan dan partisipasi yang efektif dalam isu-isu serius seperti perencanaan kota.

Dengan adanya IKN sebagai pilot project, harapannya adalah ide-ide dari anak-anak ini dapat diterapkan untuk menciptakan kota yang tidak hanya pintar, tetapi juga ramah anak. Jika diterapkan dengan benar, kota-kota di Indonesia bisa menjadi model bagi dunia dalam membangun kota yang berkelanjutan dan inklusif untuk generasi mendatang.

Selain itu, melalui pelajaran dari desain dan ide anak-anak generasi alfa, pembangunan IKN bisa menjadi tonggak baru dalam perencanaan kota di Indonesia. Sebuah kota yang bukan hanya pintar, tetapi juga ramah lingkungan, inklusif, dan benar-benar dirancang untuk setiap lini masyarakat.

WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!