Depok-Dismenore didefinisikan sebagai kram menstruasi yang menyakitkan dan menjadi salah satu gangguan ginekologi yang paling umum di kalangan wanita usia produktif. Selain berdampak pada kesehatan fisik, dismenore sering kali secara signifikan mengurangi kualitas hidup dan produktivitas wanita muda, bahkan menjadi alasan absen di sekolah, pekerjaan, dan aktivitas lainnya.
Untuk itu, program studi (prodi) Fisioterapi, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Edukasi Senam Dismenore (SENADI) pada remaja putri di Madrasah Aliyah Swasta Yatashi Kota Bogor. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat (pengmas) bernama Sepanjang Hayat Bergerak Bersama Fisioterapi (Sehat Bestari).
Program ini merupakan wujud kontribusi nyata peran fisioterapi dalam mengatasi keluhan kesehatan di masyarakat, salah satunya pada bidang kesehatan perempuan dan reproduksi. Hal tersebut didukung oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI pada 2018 yang menunjukkan prevalensi dismenore di Indonesia mencapai 64,25%, yang terdiri dari dismenore primer sebesar 54,89% dan dismenore sekunder sebesar 9,36%.
(Foto: Mahasiswa prodi Fisioterapi menjelaskan tentang kesehatan reproduksi wanita)
Ketua tim pengabdi, Faizah Abdullah, S.St., S.Ft., M.Biomed., mengatakan, “Meskipun tingkat prevalensinya yang tinggi, kondisi dismenore kerap kali tidak ditangani dengan baik dan diabaikan, mengingat banyak wanita muda yang lebih memilih diam tanpa mencari pendekatan medis. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa dismenore merupakan suatu kondisi yang memalukan dan tabu. Selain itu, banyak anggapan masyarakat awam bahwa nyeri sebagai respons yang tak terelakkan terhadap menstruasi yang harus ditoleransi.”
Kegiatan yang didukung oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) UI tersebut dilaksanakan pada Selasa (17/09). Faizah menambahkan bahwa edukasi senam tersebut bertujuan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya kesehatan wanita, terutama pada masalah dismenore. “Edukasi ini sebagai langkah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan wanita. Berdasarkan pengambilan data yang sudah kami lakukan sebelum memulai acara pada siswi MA Yatashi Kota Bogor, sebanyak lebih dari 60% mengalami dismenore yang berdampak pada aktivitas dan kualitas hidup,” ujar Faizah.
Penyuluhan tersebut, menurut Faizah, bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa nyeri yang selama ini remaja putri rasakan tersebut merupakan masalah kesehatan yang bisa diatasi dengan melakukan tindakan sederhana, seperti senam yang spesifik untuk kasus dismenore. Senam yang diciptakan mahasiswa prodi Fisioterapi tersebut menyeluruh ke bagian tubuh, tetapi berfokus pada core muscle. Senam ini dapat dilakukan sehari sekali dan sebelum masa periode haid dengan waktu lebih kurang 6-7 menit per sesi dan diulang sebanyak dua kali. Selain itu, senam pencegahan nyeri haid tersebut dapat dilakukan secara mandiri dan boleh dilakukan setiap perempuan yang masih mengalami menstruasi.
(Foto: Kegiatan pengmas prodi Fisioterapi di MA Yatashi Kota Bogor)
Antusiasme remaja putri yang ikut serta dalam kegiatan ini cukup tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan dan interaksi peserta. Nafisha, salah seorang siswa MA Yatashi Kota Bogor, mengatakan bahwa edukasi senam tersebut memberikannya wawasan baru untuk mengatasi nyeri saat haid. “Sebelumnya saya tidak menyadari bahwa nyeri saat haid merupakan hal yang lumrah. Tetapi, ternyata kita dapat menangani rasa nyeri tersebut dengan senam khusus dismenore,” kata Nafisha.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengatakan bahwa rangkaian kegiatan pengmas yang dilakukan dosen dan mahasiswa prodi Fisioterapi di sejumlah wilayah merupakan langkah konkret dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. “Melalui berbagai kegiatan pengmas tersebut, kami berharap agar masyarakat mendapatkan manfaat secara langsung dan menerapkan edukasi yang diberikan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka,” kata Padang.