Depok-Program studi Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) menggelar inbound lecture atau kuliah dosen tamu berjudul “PR Today #3: How to Build a Good Relationship with Media in Kuala Lumpur” pada Rabu (23/3/2022). Kuliah ini merupakan rangkaian kegiatan PR Today yang meliputi beberapa kuliah umum dan kuliah dosen tamu yang dikemas dalam bentuk webinar dan membahas berbagai hal di dunia kehumasan. Pada kuliah dosen tamu kali ini, PR Today mengundang Dzul Karnain Abdullah, M.A., pengajar di Faculty of Creative Writing and Film, Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (ASWARA), Malaysia.

Dalam dunia komunikasi, setiap praktisi memiliki perannya masing-masing, baik itu praktisi di bidang kehumasan, pemasaran, jurnalis, periklanan, maupun di bidang penyiaran. Dzul menjelaskan bagaimana perbedaan media secara tradisional dan modern saat ini. “Perkembangan digital yang semakin pesat berdampak sangat besar bagi media. Kemudahan yang diberikan berupa bagaimana perangkat-perangkat digital menjadi alat yang penting bagi seorang praktisi untuk berhubungan dengan media,” tutur Dzul.

Di Malaysia, setiap produk media yang dihasilkan perlu mendapatkan izin dari lembaga-lembaga yang berwenang. Misalnya, sebuah film yang memerlukan izin dari Perbadanan Kemajuan Filem Nasional Malaysia (Finas) atau produk yang diiklankan harus melalui Kementerian Kesihatan Lembaga Iklan Ubat. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan kebijakan antara media di Malaysia dan Indonesia.

(Foto: Dzul menjelaskan bagaimana IoT memiliki dampak besar terhadap produk-produk media)

Percepatan digital di industri 4.0 tidak terlepas dari adanya konsep Internet of Things (IoT) dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Di dunia media, muncul produk-produk baru yang memuat konsep IoT di dalamnya, seperti radio visual, buku audio, studio televisi dengan bantuan teknologi augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan visual effects (VFX), serta produk media lainnya.

Perkembangan digital juga berdampak pada kecepatan penyebaran informasi. Berbagai informasi yang tersebar bisa saja merupakan informasi yang salah. Sehingga, misinformasi dan disinformasi dapat terjadi, serta berita hoaks semakin merebak. “Sebelum memasuki era digital seperti ini, isu yang dianggap penting biasanya berada di media arus utama dan masuk ke media sosial. Sebaliknya, apa yang diperbincangkan di media sosial malah diangkat ke media arus utama saat ini. Hal ini juga kerap kali terjadi di dunia media Malaysia,” jelas Dzul.

(Foto: Diskusi antara narasumber dengan peserta kuliah umum terkait media di Indonesia dan Malaysia)

Sebagai bekal untuk menghadapi masifnya perkembangan teknologi dan penyebaran informasi, kita sebagai audiens harus dapat menyikapinya dengan bijak dan bertanggung jawab. “Kecepatan informasi yang muncul, baik di media sosial, maupun di media arus utama saat ini perlu disaring dengan baik. Disinformasi yang terus menerus disampaikan ke publik menjadi satu hal yang berdampak negatif dan berbahaya bagi setiap orang. Saya berharap agar kita dapat menyikapinya dengan bijak,” tutup Dzul.

WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!