Depok-Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) kembali menghadirkan solusi nyata bagi permasalahan kesehatan masyarakat. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) bertajuk “Intervensi Terapi Okupasi untuk Mengatasi Stunting dan Keterlambatan Motorik”, tim dosen dan mahasiswa dari program studi (prodi) Terapi Okupasi melaksanakan intervensi langsung di Kelurahan Tanah Baru, Depok beberapa waktu lalu.
Program ini merupakan kolaborasi antara akademisi dan Kelurahan Tanah Baru yang berfokus pada peningkatan kemampuan makan anak stunting yang mengalami keterlambatan motorik. Pendekatan ini menggabungkan aspek terapi okupasi, gizi, dan pemberdayaan masyarakat, yaitu sebuah model intervensi yang masih jarang diterapkan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia.
(Foto: Suasana kegiatan pengmas di Kelurahan Tanah Baru)
Menurut data Kementerian Kesehatan RI pada 2023, satu dari lima anak di Indonesia masih mengalami stunting. Di Kelurahan Tanah Baru tercatat terdapat 108 balita dengan kondisi stunting pada 2024. Sebagian besar di antaranya juga mengalami keterlambatan perkembangan motorik yang memengaruhi kemampuan makan mandiri, sehingga berpotensi memperburuk kondisi gizi mereka.
“Anak-anak dengan kondisi stunting seringkali mengalami kesulitan dalam kontrol postur dan koordinasi motorik halus yang diperlukan untuk makan sendiri. Jika tidak ditangani, hal ini menciptakan siklus negatif, yaitu kesulitan makan memperburuk status gizi yang dapat memperlambat perkembangan motorik,” jelas dr. Amien Suharti, Sp.K.F.R., Ketua Tim Pengabdi.
Program intervensi ini mengadopsi pendekatan berbasis bukti dengan tahapan skrining dan intervensi individual. Tahap awal dilakukan dengan skrining massal terhadap anak-anak berisiko stunting dan keterlambatan motorik menggunakan WHO Anthro untuk menilai status pertumbuhan, serta Denver Developmental Screening Test (DDST) untuk menilai perkembangan motorik.
(Foto: Foto bersama usai kegiatan pengmas berakhir)
Selain itu, tim pengmas juga melakukan asesmen terhadap perilaku makan dan profil sensorik anak untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan makan. Berdasarkan hasil asesmen tersebut, setiap anak menerima rencana intervensi individual berupa stimulasi motorik dan pelatihan makan mandiri. Tim juga merancang alat bantu berupa meja yang disesuaikan dengan postur tubuh anak agar lebih nyaman dan efektif selama proses makan.
Amien menambahkan, “Melalui terapi okupasi, kami tidak hanya membantu anak-anak melatih kemampuan motorik halus dan kasar, tetapi juga memberdayakan orang tua untuk meneruskan stimulasi di rumah. Tujuan akhirnya adalah agar anak-anak mampu makan secara mandiri dan tumbuh lebih optimal.”
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari Kelurahan Tanah Baru. Lurah Tanah Baru, Dicku Macyudin, mengatakan, “Kami sangat mendukung program ini karena menyentuh akar masalah stunting di wilayah kami. Selama ini, intervensi yang ada hanya fokus pada asupan gizi, padahal hambatan motorik juga merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan.”
Program ini diharapkan dapat menjadi model intervensi kolaboratif yang dapat direplikasi di wilayah lain sebagai bentuk inovasi dalam percepatan penurunan angka stunting. Selain berdampak langsung pada masyarakat, kegiatan ini juga menjadi wujud nyata peran Vokasi UI dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-2 (Zero Hunger) dan ke-3 (Good Health and Well-Being).
“Kami sangat bangga dengan inisiatif dosen dan mahasiswa Vokasi UI yang terus menghadirkan solusi aplikatif bagi masyarakat. Program ini mencerminkan semangat Vokasi UI yang berorientasi pada praktik nyata dan berdampak langsung. Melalui kolaborasi lintas sektor seperti ini, Vokasi UI berperan aktif dalam mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki kepedulian sosial,” ungkap Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D.




