Depok-Teknologi keuangan atau financial technology (fintech) merupakan inovasi pada industri jasa keuangan dengan memanfaatkan teknologi dan memiliki dampak terhadap stabilitas keuangan. Fintech diciptakan untuk membuat pelayanan keuangan lebih cepat, mudah, aman, dan terjangkau. Misalnya, seperti ATM, perbankan seluler, pembayaran digital, hingga robo-advisors. Di Indonesia, perkembangan fintech dimulai dari hadirnya ATM Bank Niaga pada 1987. Kemudian, diikuti dengan layanan e-banking oleh Bank Internasional Indonesia (BII, sekarang dikenal dengan Maybank Indonesia). Tak hanya itu, Bank Central Asia (BCA) memperluas layanan e-banking melalui KlikBCA pada 2001 dan menjadi titik awal perkembangan fintech di Indonesia.
Program studi (prodi) Bisnis Kreatif, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), menghadirkan Gelar Pradipta Utama—atau kerap disapa Gege—, Ex-Head of Product JoinedApp (Silicon Valley Company), Rukita, dan Emtek Digital, sebagai dosen tamu guna mengenalkan dunia fintech dan manfaatnya kepada mahasiswa. Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang mempercepat penggunaan fintech di masyarakat, yaitu meningkatnya pembayaran via digital, perubahan regulasi, serta perkembangan teknologi.
(Foto: Gege menjelaskan konsep blockchain dan dampaknya terhadap fintech)
Gege juga mengungkapkan beberapa teknologi yang mendukung penggunaan fintech tersebut. Misalnya, blockchain yang merupakan buku besar digital terdesentralisasi dan mencatat transaksi secara aman, transparan dan permanen di berbagai komputer. “Teknologi blockchain akan menghilangkan perantara, serta membuat layanan keuangan lebih cepat dan efisien. Selain itu, teknologi lainnya adalah Decentralized Finance (DeFi) yang juga membuat layanan keuangan lebih transparan dan terjangkau. DeFi menggunakan blockchain untuk memungkinkan transaksi secara langsung,” jelas Gege.
Pada kesempatan tersebut, Gege juga mengenalkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam fintech. Misalnya chatbot yang diluncurkan bank Indonesia, seperti MITA milik Bank Mandiri atau BRINA milik Bank Rakyat Indonesia (BRI). Penggunaan AI akan meningkatkan keamanan dan mengurangi risiko keuangan, seperti mendeteksi penipuan dari transaksi yang mencurigakan atau penilaian risiko berdasarkan kelayakan kredit nasabah.
Gege menambahkan bahwa terdapat beberapa kesempatan yang muncul berkat kehadiran fintech, seperti pekerjaan di dunia fintech. Misalnya, Blockchain Developer, AI Engineer, Data Analyst, Fintech Product Manager, Cybersecurity Expert, hingga Prompt Engineer. Tak ketinggalan, industri fintech juga menawarkan kesempatan untuk memulai usaha dan investasi.
(Foto: Foto bersama setelah perkuliahan dosen tamu usai)
Gege menjelaskan beberapa tren mendatang di dunia fintech. “Kita perlu mempelajari layanan keuangan digital yang akan memudahkan berbagai transaksi. Di masa depan, beberapa teknologi seperti AI-Driven Finance akan membuat layanan keuangan lebih efisien dan aman melalui otomatisasi yang lebih cerdas, memprediksi risiko, serta mencegah penipuan. Kemudian, penerapan Central Bank Digital Currencies (CBDCs) dapat digunakan pemerintah untuk memodernisasi keuangan dan menggantikan uang tunai. Terakhir, komputasi kuantum dapat memproses data super cepat untuk analisis dan keamanan finansial,” jelas Gege.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengatakan bahwa perkembangan dunia fintech perlu disadari dan dimanfaatkan mahasiswa sebagai sebuah dampak dari kemajuan teknologi di masa kini. “Melalui pengajaran yang diberikan praktisi di dunia industri, saya berharap agar mahasiswa dapat memanfaatkan momen ini sebaik-baiknya. Sehingga, ke depannya lulusan prodi Administrasi Keuangan dan Perbankan semakin cakap dalam memahami dunia fintech dan dampaknya kepada masyarakat,” tutup Padang.