Depok-Perkembangan industri kreatif dan media digital Indonesia menghadapi dinamika yang kompleks. Pergeseran dari televisi ke platform digital, penetrasi e-commerce, serta tren monetisasi konten mendorong pelaku industri untuk terus berinovasi. Dalam rangka memberikan wawasan langsung dari praktisi, program studi (prodi) Magister Terapan Industri Kreatif, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Strategi Monetisasi Karya Kreatif di Era Digital 2025” pada Kamis (04/09/2025) secara daring. Kuliah umum yang diikuti mahasiswa prodi Magister Terapan Industri Kreatif ini menghadirkan David Suwarto, Direktur Utama PT SinemArt Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Program Studi Magister Terapan Industri Kreatif, Dr. Dewi Kartika Sari, S.E., M.S.Ak., CA. menekankan pentingnya pemahaman mahasiswa terhadap dinamika industri kreatif di era digital. Ika menyampaikan bahwa kuliah umum ini diadakan sebagai sarana untuk membuka wawasan mahasiswa. “Tujuan diadakannya kuliah umum ini adalah untuk memberikan pengetahuan praktis mengenai bagaimana industri media dan ekonomi kreatif dapat memanfaatkan perkembangan teknologi digital untuk monetisasi karya,” ungkapnya.
(Foto: Ketua Program Studi Magister Terapan Industri Kreatif, Dr. Dewi Kartika Sari, S.E., M.S.Ak., CA., saat menyampaikan sambutan saat kuliah umum)
Dalam paparannya, David menuturkan perjalanan panjang Emtek yang bermula pada 1986 sebagai distributor peralatan telekomunikasi hingga berkembang menjadi grup media terkemuka dengan SCTV, Indosiar, Vidio.com, dan berbagai unit bisnis lainnya, termasuk SinemArt. Evolusi ini, menurut David, menunjukkan pentingnya adaptasi terhadap perubahan pasar, terutama pergeseran audiens dari televisi ke digital. Ia menekankan bahwa keberhasilan Emtek tidak terlepas dari keberanian membaca tren global dan mengutamakan konten lokal. “Selama penonton Indonesia lebih memilih konten lokal, peluang untuk bertahan dan menang akan selalu ada,” ujarnya.
David kemudian memaparkan berbagai strategi monetisasi, mulai dari TikTok Live yang mampu menghasilkan hingga miliaran rupiah per hari dengan melibatkan artis sebagai co-host, hingga investasi pada live commerce di platform seperti TikTok dan Shopee. Ia juga mengulas tantangan dalam persaingan iklan digital, di mana sebagian besar belanja iklan nasional terserap oleh platform global seperti Google, Meta, dan TikTok.
Selain itu, David menyoroti perbedaan fundamental antara iklan televisi dan digital. Jika TV menawarkan jangkauan luas, platform digital unggul pada segmentasi audiens dan efektivitas biaya, yang membuat kreator konten berpotensi memperoleh penghasilan signifikan, terutama di sektor fashion dan kecantikan.
Dalam sesi diskusi, David juga menyinggung perkembangan industri film Indonesia yang sempat mencatat pertumbuhan 52% pada 2023. Ia mendorong kolaborasi dengan influencer dan kreator lokal sebagai strategi menghadapi kompetisi global, serta membuka ruang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi peluang bisnis kreatif yang bisa disinergikan dengan ekosistem industri.
(Foto: David menjelaskan sejumlah brand yang sudah berkolaborasi dengan Emtek)
Selain media, Emtek memperluas investasi ke berbagai sektor seperti perbankan digital (Superbank), rumah sakit, hingga manajemen talenta. David mengingatkan bahwa berinvestasi di startup memerlukan kehati-hatian karena valuasi yang sering kali tidak realistis. Meski demikian, sektor ekonomi kreatif di Indonesia tetap menjanjikan, dengan kontribusi yang ditargetkan pemerintah mencapai 8% terhadap PDB.
Salah satu mahasiswa Magister Terapan Industri Kreatif, Sonny Satriyono, yang hadir dalam kuliah umum tersebut juga menyampaikan pandangannya. Ia mengaku mendapatkan banyak perspektif baru terkait bagaimana teknologi digital membuka peluang bagi pelaku industri kreatif. “Sebagai mahasiswa yang juga pernah berkecimpung di sektor industri kreatif, saya mendapatkan banyak insight dari kuliah umum ini, khususnya terkait monetisasi karya di era digital. Hal tersebut karena materi yang disampaikan relevan dengan kondisi industri kreatif di Indonesia,” ujarnya.
Melalui kuliah umum ini, mahasiswa memperoleh gambaran nyata tentang industri media di Indonesia bertransformasi di tengah gempuran digitalisasi. Diskusi interaktif bersama David Suwarto membuka wawasan bahwa monetisasi karya kreatif juga bergantung kemampuan memahami pasar, membangun kolaborasi, dan beradaptasi dengan perubahan.