Depok-Program studi (prodi) Magister Terapan Industri Kreatif, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), menyelenggarakan kuliah dosen tamu bertajuk “Kearifan Lokal di Tengah Inovasi dan Kreativitas Digital: Studi Kasus Ekonomi Kreatif Jawa Barat” pada Kamis (05/11/2025). Kegiatan ini menghadirkan Rispiaga, S.T., M.T., Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, sebagai narasumber.
Kuliah yang dilaksanakan di Ruang Magister Terapan Industri Kreatif ini merupakan bagian dari mata kuliah Kapita Selekta Industri Kreatif. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu memperdalam pemahaman tentang penerapan riset dalam pengembangan industri kreatif berbasis kearifan lokal serta menghasilkan karya inovatif yang relevan dengan kebutuhan sektor industri kreatif nasional.
Dalam paparannya, Rispiaga menguraikan bagaimana kearifan lokal menjadi sumber daya strategis bagi pertumbuhan ekonomi kreatif Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, sektor industri kreatif di wilayah tersebut terus menunjukkan kontribusi signifikan terhadap ekonomi daerah, dengan realisasi investasi mencapai Rp14,3 triliun dan serapan tenaga kerja lebih dari 39 ribu orang pada triwulan ketiga 2025.
“Pertumbuhan industri kreatif di Jawa Barat tidak hanya ditopang oleh kreativitas individu, tetapi juga oleh nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal ini menjadi DNA dari produk-produk kreatif yang memiliki daya saing global,” ungkap Rispiaga.
Rispiaga menjelaskan bahwa Jawa Barat memiliki 17 subsektor ekonomi kreatif, di antaranya fesyen, kriya, kuliner, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, aplikasi, gim digital, dan lainnya. Menurutnya, subsektor kriya, kuliner, dan fesyen menjadi penyumbang terbesar dalam investasi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, potensi subsektor digital seperti gim dan aplikasi pun tengah berkembang pesat seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi. Rispiaga menambahkan, “Transformasi digital dalam ekosistem kreatif tidak boleh meninggalkan akar budaya. Justru, teknologi harus dimanfaatkan untuk memperkuat karakter lokal, memperluas jangkauan pasar, dan melindungi kekayaan intelektual.”
(Foto: Suasana kuliah dosen tamu prodi Magister Terapan Industri Kreatif)
Tak hanya itu, Rispiaga juga menyoroti keberhasilan Jawa Barat dalam mengembangkan ekosistem kreatif yang inklusif melalui pendekatan kolaborasi hexahelix antara pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas, media, dan masyarakat. Kolaborasi ini diwujudkan melalui pembangunan Creative Center di berbagai kabupaten/kota seperti Bandung, Bogor, Subang, Sumedang, dan Depok, yang menjadi ruang bersama bagi pelatihan, riset, dan inkubasi karya kreatif.
Ketua Program Studi Magister Terapan Industri Kreatif, Dr. Dewi Kartika Sari, S.E., M.S.Ak., CA., menjelaskan bahwa kuliah dosen tamu ini menjadi bagian penting dari upaya memperkuat pengalaman belajar mahasiswa melalui praktik nyata dan pemahaman konteks industri. “Kami ingin mahasiswa memahami bahwa kreativitas terhubung dengan nilai budaya dan kebutuhan masyarakat. Dari sini, mereka bisa mengembangkan riset terapan yang berdampak dan menghasilkan karya yang bernilai ekonomi sekaligus sosial,” ujar Ika.
Salah satu mahasiswa, Hasbi Hasbullah Atmaja, turut menyampaikan kesan positifnya setelah mengikuti kuliah ini. “Materi dari Bapak Rispiaga membuat saya sadar bahwa kearifan lokal merupakan sumber ide yang unik. Saya menjadi lebih memahami bagaimana riset dan teknologi bisa digunakan untuk memperkuat identitas budaya dalam produk kreatif,” ujarnya.
Kegiatan ini juga turut berkontribusi terhadap beberapa Sustainable Development Goals (SDGs), seperti SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) dengan penguatan kapasitas SDM kreatif dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor ekonomi kreatif, serta SDG 11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan) melalui pelestarian kearifan lokal sebagai fondasi identitas dan keberlanjutan sosial budaya.




