Depok-Capaian membanggakan kembali datang dari mahasiswa Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI). Tiga mahasiswa program studi (prodi) Fisioterapi, yaitu Vanya Naura Qatrunnada, Siska Pramesti, dan Hasna Hamidah berhasil menorehkan prestasi di kancah internasional. Melalui tim bernama Digiti Minimi, mereka berhasil meraih Juara 2 dalam ajang International Anatomy Olympiad Cafê Physio 2025 yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan Kemeterian Kesehatan Jakarta III pada Agustus lalu. Kompetisi ini mempertemukan mahasiswa fisioterapi dari berbagai negara dengan fokus pada pemahaman anatomi dan aplikasinya dalam praktik klinis. Digiti Minimi, berasal dari bahasa Latin yang berarti bagian dari kelingking. Tiga orang berarti tiga persendian kelingking yang mana setiap kelingking punya tiga ruas sendi layaknya mereka bertiga yang saling terhubung.
Olimpiade internasional yang diadakan di Jakarta tersebut mengangkat tema, “Anatomical Precision: The Neuro-Musculoskeletal System of the Human Body”, yang menekankan kajian sistem muskuloskeletal, neurologi, dan keterkaitan keduanya dalam intervensi fisioterapi. Ajang ini berlangsung dalam tiga babak. Pada babak pertama, peserta dihadapkan pada 40 soal pilihan ganda seputar anatomi muskuloskeletal dan saraf dengan waktu ketat hanya 40 menit. Tahap kedua menguji ketelitian peserta dengan sistem penilaian minus, di mana jawaban salah akan mengurangi poin. Pertanyaan pada tahap ini menuntut kemampuan identifikasi detail struktur anatomi hingga titik dermatome dan myotome. Babak final menjadi puncak tantangan dengan format Clinical Case Examination. Peserta diminta menjawab lima studi kasus seputar sistem neuromuskuloskeletal dalam bentuk tanya jawab langsung dengan dewan juri.
Tingkat kesulitan soal dalam olimpiade ini dinilai cukup menantang oleh tim Digiti Minimi. Secara keseluruhan, mereka menilai tingkat kesulitan berada di angka 7,5 dari 10. Beberapa materi sudah diperoleh di perkuliahan, tetapi banyak pula materi baru yang harus dipelajari secara lebih mendalam selama persiapan.
(Foto: Pemberian sertifikat penghargaan kepada Tim Digiti Minimi)
Tantangan terbesar muncul pada babak final yang berbentuk studi kasus klinis. Meski demikian, tim Digiti Minimi merasa terbantu karena kasus yang diberikan memiliki kemiripan dengan ujian praktik yang biasa mereka jalani di Vokasi UI. Hal ini membuat mereka mampu menghadapinya dengan lebih percaya diri.
Dalam perjalanan menuju ajang internasional ini, dukungan dosen serta mata kuliah di Fisioterapi Vokasi UI berperan penting. Materi seperti Anatomi, Neuroanatomi, dan Muskuloskeletal menjadi fondasi utama yang sangat membantu tim saat menghadapi soal lomba. Diskusi bersama dosen juga meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam mempersiapkan diri menuju perlombaan.
Menurut Vanya, salah satu anggota Tim Digiti Minimi, keberhasilan tim tidak lepas dari strategi belajar yang terstruktur. Sejak awal, mereka membagi materi sesuai kemampuan masing-masing agar lebih efisien. Setiap anggota bertugas mendalami satu bagian, lalu menjelaskannya kembali saat sesi belajar bersama. Cara ini membuat seluruh anggota bisa memahami materi secara merata. Selain itu, mereka juga rutin membuat rangkuman, saling menguji hafalan, hingga melakukan simulasi latihan soal. Saat lomba berlangsung, pembagian peran pun dijalankan dengan jelas: satu orang fokus menulis, satu menjadi juru bicara, dan satu lagi mendukung dengan mengingat materi.
“Dari lomba ini, kami belajar bahwa keberhasilan sangat bergantung pada kerja sama tim dan manajemen waktu. Materi kuliah yang biasanya terasa teoritis ternyata sangat relevan ketika diaplikasikan pada soal maupun kasus klinis,” ujar Vanya.
Ke depan, Vanya bersama tim Digiti Minimi berharap semakin banyak mahasiswa Vokasi UI yang berani mencoba mengikuti kompetisi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Menurut mereka, keberanian untuk melangkah jauh lebih penting daripada menunggu hingga merasa benar-benar siap. “Persiapan memang butuh kerja keras, tetapi pengalaman dan ilmu yang didapat sangat berharga. Jangan menunggu sampai benar-benar siap, karena justru dengan ikut lomba kita jadi belajar lebih banyak,” ungkap mereka.
Setelah meraih prestasi di ajang internasional ini, tim Digiti Minimi telah menyiapkan langkah selanjutnya. Mereka berencana untuk kembali mengikuti berbagai kompetisi, baik di bidang fisioterapi maupun kesehatan secara umum. Target besar mereka adalah terus membawa nama baik Fisioterapi Vokasi UI di tingkat nasional maupun internasional.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, turut menyampaikan apresiasinya atas prestasi yang diraih Vanya dan tim. “Pencapaian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Vokasi UI tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan secara nyata dalam konteks global. Kerja keras, kolaborasi, dan semangat belajar yang ditunjukkan oleh Vanya, Siska, dan Hasna menjadi contoh inspiratif bagi mahasiswa lainnya,” ujar Padang.