Depok-Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) menyelenggarakan JAFF Sinetalks, forum berbagi pengetahuan tentang industri film di Indonesia bersama dengan para pelaku industri tersebut.
Selama dua hari, yakni pada 10 dan 11 November 2025, para mahasiswa Program Studi Penyiaran Multimedia dan Produksi Media belajar langsung dari para praktisi profesional yang terlibat dalam proses kreatif produksi film di Tanah Air.
JAFF Sinetalks, yang berlangsung di Ruang Intraco Vokasi UI itu, mengangkat dua tema besar, yakni “Career Beyond Camera” dan “Pop Culture on Screen”. Para narasumber membuka wawasan tentang dunia kerja di balik layar dan peran sinema dalam membentuk budaya populer masa kini.
(Foto: JAFF Sinetalks hari pertama bersama Ridla An-Nuur dan Ahmad Yuniardi)
Sesi diskusi itu menghadirkan Ridla An-Nuur, seorang film publicist sekaligus pendiri sebuah rumah produksi dan distribusi film Goodwork, dan Ahmad Yuniardi, seorang editor film yang terlibat dalam sejumlah film ternama, seperti Tukar Takdir (2025) dan Penyalin Cahaya (2021).
“Publisis tidak hanya mengatur promosi, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang antara film, media, dan penontonnya. Promosi film kini berkembang menjadi aktivitas kreatif lintas platform, mulai dari media relations hingga cinema activation,” ungkap Ridla.
Sementara itu, Ahmad Yuniardi membahas proses penyuntingan film dari tahap assembly cut hingga director’s cut, serta bagaimana seorang editor memegang peran penting dalam menjaga ritme dan emosi cerita.
“Editor adalah penutur ulang. Kami merangkai visi sutradara dan nilai produser menjadi satu pengalaman visual yang utuh,” kata Ahmad.
Kolaborasi keduanya dalam film Assalamu’alaikum Baitullah (2025) dan Budi Pekerti (2024) menjadi contoh nyata sinergi antara aspek promosi dan artistik dalam produksi film Indonesia.
(Foto: JAFF Sinetalks hari kedua bersama Hagai Pakan dan Dita Gambiro)
Selain itu, JAFF Sinetalks juga menghadirkan Dita Gambiro, production designer, dan Hagai Pakan, seorang costume designer. Keduanya merupakan sosok di balik visual karya The Most Beautiful Girl in the World (2025) dan Gadis Kretek (2023). Menurut Dita, film merupakan produk hiburan sekaligus ruang kreatif yang mampu membentuk budaya populer gaya hidup masyarakat. Film juga menjadi cermin budaya serta pencipta budaya baru.
“Tugas seorang production designer meliputi pembacaan naskah, membedah karakter, menentukan palet warna, hingga koordinasi dengan berbagai departemen visual. Kami memiliki misi membangun dunia dalam film yang kredibel dan estetis agar setiap detail di layar terasa hidup dan bermakna,” kata Dita.
Sementara itu, Hagai menyoroti peran kostum dalam memperkuat narasi dan karakterisasi.
“Kostum merupakan bahasa visual yang mencerminkan latar waktu, kelas sosial, hingga kondisi emosional karakter. Selain itu, kolaborasi antara desain ruang dan busana menciptakan identitas visual film yang kuat dan berkesinambungan,” ujar Hagai.
Menurut Hagai, world-building dalam film dapat meninggalkan jejak gaya yang melampaui layar, dari tren berpakaian hingga tempat wisata yang populer karena lokasi syuting. Fenomena seperti gaya busana di film Ada Apa dengan Cinta? (2002) merupakan salah satu contoh karya yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan budaya populer.
(Foto: Suasana kegiatan JAFF Sinetalks x Vokasi UI)
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI Padang Wicaksono, S.E., Ph.D. mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap dapat menjadi contoh nyata pembelajaran berbasis praktik industri. Selain itu, Vokasi UI terus memperkuat kemitraan dengan industri kreatif untuk menghasilkan lulusan yang siap menghadapi perubahan zaman.
“JAFF Sinetalks mempertemukan mahasiswa dengan para profesional yang telah membentuk wajah perfilman Indonesia. Melalui forum ini, mahasiswa belajar langsung bagaimana sebuah karya film lahir dari kolaborasi, kreativitas, dan sensitivitas budaya. Semoga para mahasiswa dapat menyerap semua ilmu yang diberikan dan diimplementasikan saat terjun ke dunia industri nantinya,” kata Padang.
JAFF Sinetalks merupakan bagian dari rangkaian kegiatan JAFF 2025 yang berfokus pada edukasi dan pengembangan ekosistem film Asia. JAFF 2025 akan digelar di Yogyakarta pada 29 November-6 Desember 2025. Di waktu yang bersamaan, para pelaku industri perfilman Asia Pacific juga dipertemukan dalam JAFF Market, sebuah inisiatif untuk membangun ekosistem industri perfilman dalam membangun networking, pengembangan karier di bidang perfilman, co-production hingga kolaborasi bisnis lainnya yang lebih luas.
“Lewat berbagai program yang dihadirkan tahun ini, JAFF Market dapat menjadi arena penting bagi talenta muda untuk memahami siklus produksi dan distribusi film dari perspektif profesional,” kata Business Director JAFF Market Sekarini Seruni.




