Depok-Skoliosis masih menjadi salah satu permasalahan muskuloskeletal yang banyak ditemui di masyarakat, terutama di kalangan remaja. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 5,4 hingga 8,1 juta orang yang menderita skoliosis berdasarkan data Rumah Sakit Akademik UGM pada 2024. Selain bergantung pada tindakan medis, penanganannya juga membutuhkan pendekatan terapi latihan yang tepat. Perhatian pada isu inilah yang mengantarkan Hera Listi Warni Saragih, mahasiswa program studi (prodi) Fisioterapi, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), meraih penghargaan Best Oral Presenter di ajang Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi Indonesia (TITAFI) 2025 yang berlangsung pada Juli lalu di Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam ajang ini, Hera dipertemukan dengan fisioterapis, akademisi, dan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam forum nasional tersebut, Hera tampil sebagai presenter dengan membawakan hasil penelitian yang dirinya susun secara mandiri, dengan judul Perbandingan Schroth dan Pilates dalam Perawatan Skoliosis. Menurut Hera, pemilihan topik tersebut dilatarbelakangi minatnya pada exercise-based therapy serta keprihatinan terhadap kasus skoliosis yang semakin banyak ditemui. Hera ingin mengetahui sejauh mana metode Schroth yang lebih spesifik dibandingkan metode populer seperti Pilates dapat membantu pasien. “Saya ingin tahu sejauh mana metode yang lebih spesifik seperti Schroth dibandingkan dengan metode populer seperti Pilates bisa membantu pasien skoliosis,” ungkapnya.

(Foto: Hera saat mempresentasikan paper ilmiah yang dibuatnya)

Hera mengakui bahwa persiapan panjang menjadi kunci dari pencapaiannya. Ia menyusun paper secara sistematis, mencari literatur, menganalisis data, hingga berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Hera mendapat dukungan penuh dari dosen pembimbing dan manfaat dari sejumlah mata kuliah di prodi Fisioterapi Vokasi UI, seperti Metodologi Penelitian, Manual Mobilisasi dan Manipulatif, serta Pemeriksaan Spesifik. Arahan dosen dan bekal mata kuliah tersebut memperkuat dasar ilmiah sekaligus mendukung keterampilan yang dibutuhkannya.

Setelah setiap tahap persiapan disiapkan secara matang dengan bimbingan dan masukan dari dosen pembimbing, yaitu Faizah Abdullah, S.St., S.Ft., M.Biomed. dan Mita Noviana, S.Ft., M.Kes., Hera harus mempresentasikan penelitiannya di hadapan panelis yang mayoritas merupakan dosen dan praktisi berpengalaman. Topik yang relevan dan terkini membuat presentasinya menarik perhatian para audiens, sementara penyampaiannya yang runtut dan terstruktur memudahkan audiens untuk memahami isi penelitian. Hera juga menyampaikan bahwa ia mampu menjawab pertanyaan juri dengan tenang yang menunjukkan penguasaan penuh atas materi yang dibawakan. Kombinasi persiapan yang matang dan performa yang solid inilah yang akhirnya mengantarkannya meraih penghargaan Best Oral Presenter di TITAFI 2025.

(Foto: Hera bersama dosen pembimbingnya, Mita Noviana, S.Ft., M.Kes.)

Meski sempat merasa gugup karena harus tampil bersama dosen dan praktisi berpengalaman, Hera menganggap situasi itu sebagai tantangan berharga. Hera menjadi satu dari tiga mahasiswa UI yang tampil di sesi presentasi, sementara mayoritas peserta adalah praktisi profesional. “Awalnya saya deg-degan, tapi pengalaman ini justru mengajarkan bagaimana mahasiswa bisa bersaing di level yang sama dengan praktisi,” ungkapnya.

Selain sesi presentasi, pengalaman yang berkesan bagi Hera adalah saat mengikuti workshop elektroterapi. Kesempatan mencoba langsung alat yang belum tersedia di kampus memberinya wawasan baru sekaligus keterampilan praktis yang relevan dengan bidang fisioterapi. Hera juga mendapat banyak insight dari seminar dan presentasi peserta lain yang membantunya memahami cara menyusun argumen dan menyampaikan penelitian secara lebih meyakinkan.

Ke depan, Hera berkomitmen untuk mematangkan penelitiannya agar dapat dipublikasikan di jurnal ilmiah. Ia juga berencana menulis paper baru dan terus aktif mengikuti kompetisi ilmiah untuk mengasah kemampuan akademiknya sejak dini. “Untuk teman-teman mahasiswa lain, jangan ragu mencoba ikut ajang seperti ini. Persiapannya memang menantang, tetapi pengalaman dan jejaring yang didapat akan sangat berharga untuk masa depan,” pesannya.

Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, menyampaikan apresiasi atas prestasi memukai yang diraih Hera. “Keberhasilan Hera adalah contoh nyata dari sinergi antara kurikulum vokasional yang aplikatif dengan fasilitas penelitian yang memadai. Di UI, kami mendorong mahasiswa agar tidak hanya memahami teori, tetapi juga melakukan riset mendalam dan observasi klinis yang relevan. Penelitian yang dilakukan Hera sangat kontekstual dengan masalah kesehatan remaja saat ini, salah satunya skoliosis. Melalui penelitian tersebut juga memperkuat peran lulusan vokasi dalam menjawab tantangan kesehatan masyarakat,” tutup Padang.

WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!