Depok-Program studi Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) mengadakan rangkaian kegiatan kuliah umum dengan tema “PR Today”. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri dari beberapa kuliah umum dan kuliah dosen tamu yang dikemas dalam bentuk webinar membahas berbagai hal seputar dunia kehumasan. Kuliah umum dengan tajuk “PR Today #1: Turning Crisis into Golden Opportunity” mengawali rangkaian kegiatan “PR Today” yang diselenggarakan pada Rabu (23/3/2022). Kuliah umum ini mengundang praktisi humas sebagai narasumber, yaitu Dr. Firsan Nova, CEO of Nexus RMSC; Dian Agustine Nuriman, S.lkom, M.lkom, IAPR, Founder of NAGARU Communication & CEO of Umang Beach Club – Private Island Resort; dan Mohammad Akbar, M.lkom, jurnalis Republika.
(Foto: Diskusi antarpembicara dengan para peserta webinar mengenai PR Crisis)
Firsan menjelaskan ketika krisis muncul, akan terjadi lima tahap kesedihan seperti teori yang disampaikan Kübler-Ross, yaitu penolakan, kemarahan, negosiasi, depresi, dan penerimaan. “Ketika mengalami sebuah krisis, setiap orang akan mengalami kelima tahap tersebut. Hal yang bisa dilakukan adalah mempersingkat waktu setelah krisis tersebut terjadi. Hal penting lainnya adalah bagaimana menanggapi krisis tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah peluang yang dapat menentukan masa depannya,” ujar Firsan.
Tak hanya individu, sebuah perusahaan pun dapat mengalami krisis. Hal ini disebabkan karena setiap perusahaan harus membangun citranya masing-masing. Ketika citra dibangun, maka krisis juga dapat terjadi. Dalam penanganan krisis, adakalanya muncul potensi untuk mengubah krisis tersebut menjadi sebuah kesempatan.
Dian mengatakan, “Dalam membangun citra, hal utama yang perlu dilakukan oleh sebuah perusahaan adalah memberi kepercayaan kepada khalayak umum. Melalui kepercayaan yang dibangun, maka konsumen akan merasa lebih aman. Sebagai praktisi humas, kita wajib membangun citra positif dari sebuah perusahaan.”
(Foto: Dian menjelaskan contoh pembangunan citra oleh sebuah merek)
Sebuah citra juga tidak akan terbentuk dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari media. Saat suatu perusahaan mengalami krisis, media turut berperan dalam penanganan krisis tersebut. Peran media menjadi penting sebagai sarana penyampaian pesan kepada khalayak umum.
Akbar menyampaikan bahwa hal pertama yang perlu dilakukan oleh praktisi humas ketika sebuah perusahaan mengalami krisis adalah menunjukkan kepedulian kepada masyarakat. “Apabila sebuah perusahaan berusaha menunjukkan empatinya, maka media akan tertarik untuk membingkainya dalam sebuah pesan yang dapat diberikan kepada para masyarakat,” jelas Akbar.
(Foto: Paparan yang diberikan Akbar mengenai 18 Pedoman dalam Menghadapi Media Massa)
Setiap informasi yang perlu disampaikan oleh praktisi humas ketika mengalami krisis harus lengkap dan transparan. Disinformasi dapat terjadi apabila perusahaan tidak dapat memberikan informasi yang jujur. Perlu disadari bahwa krisis dapat ditangani dengan baik melalui kemampuan praktisi humas dalam membangun citra perusahaan dan kepiawaiannya berhadapan dengan media.