Depok-Program studi (prodi) Manajemen Bisnis Pariwisata dan Magister Terapan Industri Kreatif, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Storytelling pada Industri Kuliner untuk Meningkatkan Daya Tarik Destinasi dan Pendapatan Ekonomi Kreatif Nasional”. Kegiatan ini menghadirkan Ade Putri Paramadita, seorang culinary storyteller dan pegiat gastronomi Indonesia, yang selama satu dekade terakhir dikenal atas karyanya dalam merancang perjalanan kuliner untuk wisatawan domestik dan mancanegara. Culinary storyteller merupakan pendekatan yang memadukan kuliner dengan narasi budaya, sejarah, dan identitas lokal. Sehingga, sebuah hidangan dapat dinikmati dari sisi rasa dan pengalaman yang sarat makna.

Kuliah umum yang diselenggarakan di Auditorium Vokasi UI pada Kamis (20/11/2025) tersebut menjadi ruang belajar bagi mahasiswa untuk memahami bagaimana narasi kuliner mampu menjadi strategi yang kreatif. Khususnya guna meningkatkan nilai sebuah destinasi, memberdayakan masyarakat lokal, serta memperkuat posisi Indonesia dalam peta wisata gastronomi dunia.

(Foto: Suasana kegiatan kuliah umum mengenai culinary storyteller)

Dalam pemaparannya, Ade menggambarkan perjalanan kariernya sebagai culinary storyteller. Mulai dari merancang tur kuliner untuk wisatawan mancanegara hingga mendampingi institusi internasional seperti Culinary Institute of America (CIA) pada program perjalanan gastronomi di berbagai daerah Indonesia.

Ade menegaskan bahwa kekuatan kuliner Indonesia terletak pada rasa, cerita, sejarah, dan nilai budaya di balik setiap hidangan. “Wisatawan asing justru lebih antusias ketika mengetahui makna di balik sebuah hidangan. Seperti asal-usul, tradisi, hingga proses memasaknya yang diwariskan turun-temurun. Makanan bukan sekadar rasa, tetapi cermin kehidupan masyarakat,” ujar Ade.

Tak hanya itu, Ade juga menceritakan pengalaman merancang perjalanan untuk klien industri menyelami pasar tradisional, mempelajari produksi bumbu lokal, hingga memahami praktik kuliner berkelanjutan di berbagai daerah. Menurutnya, peluang untuk menjadi culinary storyteller kini semakin besar, terutama dengan dukungan media sosial dan kreativitas generasi muda. Ade mengatakan, “Sekarang semua orang bisa menjadi storyteller yang diperkuat dengan kehadiran media sosial. Tetapi, untuk menjadi culinary storyteller yang baik, perlu pemahaman tentang budaya, filosofi makanan, serta prinsip gastronomi.”

(Foto: Sesi foto bersama usai kegiatan kuliah umum berakhir)

Ade juga menyoroti bahwa kekayaan kuliner Nusantara merupakan contoh konkret praktik keberlanjutan yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Misalnya, SDG 2 (Zero Hunger) melalui pemanfaatan pangan lokal dan ketahanan pangan berbasis komunitas, atau SDG 8 (Decent Work and Economic Growth) lewat pemberdayaan UMKM kuliner, pasar tradisional, petani, dan pengolah pangan. Rantai nilai kuliner Indonesia melibatkan bahan baku lokal, proses produksi ramah lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat desa yang bergantung pada sektor kuliner dan agro.

Manajer Pendidikan, Ari Nurfikri, S.K.M., M.M.R., menyampaikan bahwa kuliah umum ini memberikan wawasan strategis kepada peserta dalam membaca peluang industri pariwisata dan ekonomi kreatif modern. “Melalui kuliah umum ini, kami menunjukkan bahwa wisata kuliner merupakan bagian dari ekosistem ekonomi kreatif yang terus berkembang. Perubahan gaya hidup, teknologi, dan dinamika sosial melahirkan tren wisata berbasis pengalaman. Sehingga, melalui pemahaman tersebut, para mahasiswa dapat mengembangkan inovasi yang relevan dan berdampak,” ujar Ari.

Ari juga menyatakan bahwa keahlian storytelling yang dipelajari mahasiswa selaras dengan upaya Vokasi UI dalam mencetak talenta kreatif yang mampu berkontribusi pada penguatan pariwisata dan ekonomi kreatif nasional.

WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!