Depok-Di tengah meningkatnya kesadaran orang tua muda terhadap pentingnya kesehatan, kenyamanan, dan keberlanjutan, hadir sebuah merek lokal yang berusaha menjawab kebutuhan tersebut: BABY SAYS COTTON. UMKM ini menawarkan solusi fesyen bayi modern berbasis e-commerce dengan sentuhan sustainable lifestyle yang lahir dari tangan seorang mahasiswa Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI).
Muhammad Kurnia Tanjaputra, mahasiswa program studi Magister Terapan Industri Kreatif, Program Pendidikan Vokasi UI, memanfaatkan bekal keilmuan yang dipelajarinya untuk membangun brand BABY SAYS COTTON. Pembelajaran di kelas serta pengalamannya di industri e-commerce dan pemasaran digital membuat Kurnia melihat adanya celah besar dalam produk fesyen bayi dan anak-anak, sekaligus merumuskan strategi bisnis yang relevan dengan kebutuhan keluarga muda masa kini.
“Banyak pakaian bayi di pasaran yang terlihat lucu dan terjangkau, tetapi sering kali tidak memperhatikan aspek keamanan kulit maupun keberlanjutan lingkungan. Padahal, bayi memiliki kulit yang sangat sensitif dan keluarga muda kini lebih sadar soal dampak konsumsi fesyen,” ungkap Kurnia.
BABY SAYS COTTON menghadirkan rangkaian sleep suit, play suit, bodysuit, hingga sleevless set untuk bayi hingga anak-anak usia 0-4 tahun. Setiap produk dibuat dari 100% katun organik bersertifikasi yang lembut di kulit, nyaman dipakai untuk tidur maupun bermain, serta bebas risiko alergi. Tak hanya itu, desain ergonomisnya dibuat uniseks dengan warna pastel hangat yang menenangkan. Detail kecil seperti kancing antikarat dan jahitan datar menunjukkan perhatian ekstra terhadap kenyamanan. Kurnia mengatakan, “Kami ingin produk ini benar-benar tumbuh bersama anak, sederhana tetapi penuh makna.”
(Foto: Muhammad Kurnia Tanjaputra, mahasiswa program studi Magister Terapan Industri Kreatif)
Tidak sekadar menghadirkan pakaian anak, BABY SAYS COTTON mengusung inovasi yang menjadikannya berbeda dari produk sejenis, mulai dari pemilihan bahan bersertifikat organik yang aman lembut, dan ramah lingkungan, hingga desain fungsional yang memudahkan saat dipakai, serta menyesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Tak hanya itu, limbah kain yang digunakan tidak dibuang, melainkan diolah menjadi mainan edukatif, boneka kain, sensory toy, atau pouch.
Melalui pendekatan ini, BABY SAYS COTTON sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin ke-3 (Good Health and Well-Being), poin ke-8 (Decent Work and Economic Growth), dan poin ke-12 (Responsible Consumption and Production).
Dibanderol mulai Rp55.000, produk BABY SAYS COTTON diposisikan untuk segmen menengah ke atas dengan margin sehat berkat efisiensi produk dan branding yang kuat. Strategi bisnis yang digunakan cukup matang, meliputi storytelling yang menekankan nilai emosional dan keberlanjutan, optimalisasi digital marketing, kolaborasi dengan komunitas parenting dan micro-influencer, sistem reseller dan afiliasi untuk memperluas distribusi, serta reinforcement packaging dan customer experience agar konsumen merasakan nilai lebih dari setiap produk.
Lebih dari sekadar merek, Kurnia membayangkan BABY SAYS COTTON sebagai sebuah gerakan. “Saya berharap brand ini tidak hanya dikenal karena produknya, tetapi juga karena mengajak keluarga muda lebih sadar terhadap pentingnya keamanan tekstil dan dampak lingkungan dari konsumsi fesyen,” ucap Kurnia.
(Foto: Salah satu contoh desain produk BABY SAYS COTTON)
Keilmuan yang dipelajari Kurnia selama berkuliah di Vokasi UI menjadi bekal penting dalam mengembangkan BABY SAYS COTTON. Mulai dari pemahaman perencanaan bisnis, hukum dan etika bisnis, hingga strategi berorientasi pada industri kreatif, semuanya membantu Kurnia dalam memformulasikan model usaha yang tidak hanya berorientasi keuntungan, tetapi juga berdampak sosial dan lingkungan.
Komitmen dan inovasi ini pun mendapat dukungan nyata dari Universitas Indonesia. BABY SAYS COTTON berhasil lolos dalam program UI Incubate 2025 dan memperoleh pendanaan sebesar Rp50 juta. Hibah ini menjadi dorongan penting untuk memperkuat riset, produksi, dan strategi pemasaran.
Ketua Program Studi Magister Terapan Industri Kreatif, Dr. Dewi Kartika Sari, S.E., M.S.Ak., CA., menyampaikan apresiasinya terhadap langkah Kurnia. “Kami melihat BABY SAYS COTTON bukan hanya sekadar brand fesyen bayi, melainkan representasi nyata dari bagaimana mahasiswa vokasi bisa mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya. Melalui pendampingan di UI Incubate 2025, kami berkomitmen untuk terus mendukung mahasiswa agar mampu membangun usaha kreatif yang berdaya saing dan berkelanjutan,” tutur Ika.
Melalui langkah ini, BABY SAYS COTTON menunjukkan bahwa UMKM merupakan pionir gaya hidup yang lebih sehat, estetis, dan berkelanjutan.




