Depok-Dalam rangkaian kegiatan Training of Trainer (ToT) 2025, Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) menggelar sesi pelatihan bertema “Publikasi Media & Bijak Bersosial Media” yang dibawakan oleh Chysanti Arumsari, M.A., Dosen Bahasa Inggris UI sekaligus Kepala Humas dan Protokol FIB UI pada Rabu (16/07/2025). Pelatihan ini menjadi bagian dari upaya membekali mahasiswa dan sivitas akademika dengan pengetahuan praktis seputar komunikasi publik yang etis dan efektif. Kegiatan ini juga mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-4 (Pendidikan Berkualitas) dan poin ke-16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh). Inisiatif ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas generasi muda dalam memahami dan menerapkan komunikasi yang bertanggung jawab di era digital, sekaligus memeperkuat tata kelola informasi yang inklusif dan transparan di lingkungan pendidikan tinggi.
Materi yang disampaikan meliputi empat pokok utama: pengantar komunikasi publik, publikasi media, etika bermedia sosial, dan penulisan siaran pers. Dalam sesi tersebut, Chysa menekankan pentingnya kemampuan mengelola informasi dengan cermat, terutama di era digital yang sarat dengan arus data dan opini yang tidak dapat diverifikasi.
“Publikasi media saat ini tidak hanya soal menyampaikan informasi, tetapi juga bagaimana kita menjaga kredibilitas lembaga dan membangun citra positif,” jelas Chysa. Ia menyebutkan bahwa media sosial memiliki peran strategis sebagai kanal promosi dan komunikasi, mengingat tingginya penetrasi internet di Indonesia yang mencapai 221 juta pengguna per 2024 dengan didominasi generasi milenial dan gen z.
(Foto: Chysa mengajak para mahasiswa untuk merefleksikan diri cara mereka bermedia sosial saat ini)
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), media sosial paling disukai oleh gen z adalah Instagram (51,9%), sedangkan milenial masih mengandalkan Facebook (74,09%). Kendati demikian, tingginya aktivitas digital ini juga menghadirkan risiko, termasuk penyebaran data pribadi, informasi sensitif, hingga konten tanpa izin.
Chysa juga menyoroti fenomena “krisis empati” di media sosial. “Jemari kita sering lebih cepat dari empati. Kita perlu berhati-hati dalam membagikan konten, menjaga nama baik pribadi maupun institusi, serta menghindari perilaku oversharing dan tergoda tren viral tanpa mempertimbangkan dampaknya,” jelas Chysa.
Beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam bermedia sosial, antara lain 1) publikasikan konten yang bermanfaat dan positif; 2) jaga nama baik pribadi dan almamater; 3) utamakan empati dalam setiap unggahan; 4) waspadai rasa aman palsu di dunia maya; 5) kendalikan keinginan untuk selalu membagikan informasi pribadi; 6) hindari tekanan untuk selalu ikut tren; serta 7) tidak semua hal harus viral.
Chysa juga menegaskan pentingnya etika komunikasi digital dalam konteks organisasi. Dalam kondisi krisis, misalnya, sivitas tidak diperkenankan menggugah pernyataan publik secara sepihak tanpa koordinasi dengan pihak Vokasi UI. Semua rilis informasi sebaiknya mengacu pada kanal resmi institusi.
(Foto: Chysa menjelaskan kepada mahasiswa agar bijak bermedia sosial)
Selain itu, peserta pelatihan yang merupakan mahasiswa juga diperkenalkan dengan prinsip-prinsip penulisan siaran pers. Siaran pers harus memiliki nilai berita, disertai foto relevan, dan mengikuti alur publikasi yang sesuai dengan aturan kampus. Tidak semua kejadian harus ditanggapi dengan pernyataan resmi, kecuali menyangkut peristiwa besar seperti bencana atau belasungkawa.
Salah satu peserta, Alya Sevira Ananda, mengatakan bahwa kegiatan ini memiliki banyak manfaat. “Pelatihan ini membuka wawasan saya tentang pentingnya menjaga etika dan empati saat bermedia sosial. Saya jadi lebih paham bahwa setiap unggahan bisa berdampak besar, bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga institusi,” ujar Alya.
Terakhir, Chysa berpesan kepada para mahasiswa, “Belajarlah menuliskan informasi dengan baik dan sadari bahwa jejak digital tidak mudah hilang. Maka dari itu, empati harus selalu diutamakan.” Melalui kegiatan ini, Vokasi UI berharap seluruh peserta memiliki kecakapan komunikasi publik yang tidak hanya efektif, melainkan juga bertanggung jawab, baik di dunia nyata maupun dunia maya.