Depok-Seiring dengan transformasi besar dalam dunia penyiaran yang memanfaatkan teknologi digital, saat ini industri radio tidak bisa hanya mengandalkan siaran analog/tradisional melalui frekuensi AM/FM saja, tetapi juga harus beradaptasi dan bermigrasi ke siaran radio digital. Dalam digitalisasi sistem siaran radio, kualitas suara yang dihasilkan akan jauh lebih jernih dibandingkan dengan siaran analog/tradisional, meminimalisasi potensi gangguan sinyal, serta dimungkinkan menjangkau audiens melalui berbagai platform. Radio harus dapat memanfaatkan beragam platform digital, seperti media sosial, streaming, dan siniar (podcast) agar tetap relevan, menjangkau lebih banyak pendengar, dan meningkatkan engagement dengan pendengar. Berdasarkan survei yang dilakukan GoodStats pada 2024 terhadap 500 responden menunjukkan bahwa 52% anak muda dengan kelompok usia 18-25 tahun masih mendengarkan radio. Hal tersebut disampaikan Rozy Aldilasa, praktisi bidang penyiaran yang sempat tergabung di Gen FM Radio Jakarta, saat memberikan kuliah pada kegiatan kuliah dosen tamu program studi (prodi) Penyiaran Multimedia, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), pada Kamis (13/03/2025). Kuliah dosen tamu ini terintegrasi dengan mata kuliah Produksi Acara TV dan Radio.
Rozy menjelaskan bahwa pemrograman radio adalah proses aktivitas siaran radio yang dilakukan programmer atau program director merangkai dan mengatur materi siaran, termasuk menyeleksi, menjadwalkan, dan mempresentasikan di udara. Sehingga, evaluasi terus-menerus dilakukan agar terbentuk format penyiaran radio dengan tujuan menciptakan citra radio sesuai yang direncanakan. “Proses ini mencakup pemilihan format siaran, penyusunan jadwal program, perencanaan segmen acara, manajemen waktu siaran, dan penerapan elemen produksi. Semua aktivitas pemrograman radio dilakukan setiap saat, mulai dari persiapan hingga mengudara,” ujar Rozy.
(Foto: Rozy menjelaskan terkait pemrograman radio kepada mahasiswa)
Lebih lanjut, Rozy menjelaskan format dalam sebuah radio yang disebut dengan bentuk penyajian. Format direncanakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik stasiun radio masing-masing. Format dalam radio juga memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah audience targeting. Strategi pemasaran ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menjangkau kelompok audiens tertentu berdasarkan berbagai faktor, seperti Social Economic Status (SES), rentang usia, profesi, dan lokasi. Sehingga, melalui pemahaman karakteristik audiens, perusahaan atau brand dapat membuat konten dan kampanye di radio yang lebih relevan dan efektif.
Tak kalah penting, peran announcer juga termasuk dalam struktur komponen, sehingga mereka berperan dalam membawakan acara dengan menarik dan menyampaikan informasi kepada pendengar dengan gaya komunikasi yang baik. Rozy mengatakan, “Peran announcer tidak hanya sebagai pembaca naskah, tetapi juga sebagai penghubung antara program dan audiens, serta menciptakan atmosfer yang sesuai dengan tujuan siaran. Seorang announcer harus memiliki fleksibilitas dalam mengubah mood dan intonasi suara sesuai dengan jenis acara atau situasi. Beberapa tipe mood seperti low, medium, dan upbeat, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam menjalankan perannya, seorang announcer bukan hanya menjadi penyampai informasi, melainkan juga sebagai entertainer dan komunikator yang mampu menyesuaikan mood, serta memiliki karakteristik yang menarik.”
Selanjutnya, Rozy memaparkan tentang format stasiun radio. Pemilihan format ini membantu menarik audiens yang tepat dan memudahkan brand atau pengiklan dalam menargetkan pasar mereka. Pada radio populer, biasanya mereka sudah mempunyai karakteristik dalam beberapa format. Misalnya, Top 40 & CHR cocok untuk generasi muda yang mengikuti tren; Adult Contemporary lebih menarik bagi pendengar dewasa; Urban Radio menargetkan pecinta hip-hop; serta Alternative/Indie berfokus pada musik non-mainstream.
(Foto: Pemberian sertifikat apresiasi kepada Rozy setelah kuliah dosen tamu berakhir)
Terakhir, Rozy mengatakan bahwa di industri radio juga memiliki sejumlah off-air event. Kegiatan ini dilakukan di luar siaran radio, seperti konser, meet and greet, festival, maupun acara komunitas. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat brand radio, meningkatkan engagement dengan pendengar, serta membangun hubungan dengan klien dan artis. Off-air event juga berperan memberikan pengalaman langsung kepada pendengar dan membuat mereka merasa menjadi bagian dari komunitas. Sebut saja salah satu off-air event yang diadakan Gen FM Radio Jakarta, yaitu Gen On Track Live yang menghadirkan sejumlah musisi, seperti Raisa, Rony Parulian, Nadin Amizah, Ada Band, dan lainnya.
Ketua Program Studi Penyiaran Multimedia, Peny Meliaty Hutabarat, S.Sos., M.S.M., mengatakan bahwa kurikulum yang diberikan prodi Penyiaran Multimedia berfokus pada penyiaran di TV dan radio. Sehingga, berbagai kegiatan pengajaran yang diberikan turut menghadirkan pakar atau praktisi industri dari TV maupun radio. “Saya berharap pengajaran yang diberikan para praktisi industri ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan mendalami ilmu yang sedang mereka pelajari saat ini. Ruang untuk berkomunikasi dapat dimanfaatkan dengan baik agar para mahasiswa semakin siap terjun ke dunia industri nantinya saat magang dan lulus dari Vokasi UI,” tutup Peny.