Depok-Program studi (prodi) Penyiaran Multimedia, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), menyelenggarakan kuliah dosen tamu yang menghadirkan Saptaji, Produser di Asumsi, salah satu media digital multiplatform nasional, pada Kamis (20/02/2025) lalu. Pada kesempatan tersebut, Saptaji mengajak mahasiswa untuk menciptakan sebuah karya video dengan cara membangun storytelling yang interaktif. Adapun proses pembuatan video meliputi tahap persiapan produksi (40%), proses produksi (20%), hingga pascaproduksi (40%).
Saptaji memberi penjelasan mulai dari persiapan produksi yang diawali dengan pengembangan cerita, penulisan skrip, proses survei lokasi syuting, serta creative treatment. “Seluruh produksi video harus diawali dengan pengembangan cerita. Selanjutnya, proses penulisan skrip menjadi bagian penting dalam setiap desain produksi yang ingin kita ciptakan. Cerita yang interaktif dapat dibangun dengan membuat tema, judul, premis, tujuan, serta standpoint. Tak terkecuali, kita juga perlu memperhatikan hal teknis seperti penentuan sudut dan teknik pengambilan gambar, hingga gerakan kamera guna menciptakan suasana dramatik dalam sebuah video,” papar Saptaji.
(Foto: Saptaji menyampaikan tahapan dalam memproduksi sebuah video)
Lebih lanjut, Saptaji memberikan contoh hasil dari persiapan produksi berupa moodboard, referensi, hingga linimasa proses produksi hingga selesai. Pada proses produksi, beberapa poin yang perlu diperhatikan adalah treatment sinematografi atau videografi. Saptaji menjelaskan beberapa bagian angle kamera, seperti bird eye, high angle, low angle, eye level, serta jenis shot, misalnya extreme wide shot, wide shot, full shot, medium shot, medium close up, dan close up. Saptaji mengatakan bahwa teknik pengambilan gambar ini akan membangun suasana dari video atau gambar yang dihasilkan.
Terakhir, pada tahap pascaproduksi, Saptaji mengungkapkan bahwa terdapat dua proses, yaitu offline editing dan online editing. Saptaji mengatakan, “Pada tahap offline editing, kita akan melakukan tahap yang krusial. Seperti penggabungan (assembly) berbagai shot dan scene sesuai alur pada naskah, rough cut guna menciptakan rangkaian shot yang efektif dengan cara membuang shot dan scene yang tidak perlu, serta picture lock yang menandakan bahwa struktur video akan dikunci atau tidak bisa dilakukan revisi kembali.”
(Foto: Pemberian sertifikat apresiasi kepada Saptaji oleh Ketua Program Studi Penyiaran Multimedia, Peny Meliaty Hutabarat, S.Sos., M.S.M.)
Kemudian, pada proses online editing akan dilakukan teknik pewarnaan (color grading), penambahan efek visual seperti cahaya, asap, maupun objek untuk memperindah gambar, kemudian motion graphic, serta audio mixing untuk menambahkan efek suara atau musik. “Berbagai tahapan produksi ini perlu dilakukan agar menciptakan sebuah karya video yang menarik dan terstruktur. Saya berharap teman-teman dapat mengimplementasikannya ketika nanti memproduksi sebuah karya film ataupun video,” tambah Saptaji.
Ketua Program Studi Penyiaran Multimedia, Peny Meliaty Hutabarat, S.Sos., M.S.M., mengatakan bahwa pembekalan kepada mahasiswa mengenai proses produksi sebuah karya film atau video perlu dilakukan sebelum mereka mempraktikkannya. “Berbagai hal teknis menjadi proses yang penting dalam sebuah produksi. Kami berupaya menghadirkan praktisi industri yang berpengalaman guna membagikan kompetensi mereka kepada mahasiswa. Pembelajaran ini akan menjadi ‘amunisi’ bagi mereka saat nanti terjun ke dunia industri,” tutup Peny.