Depok-Mitigasi risiko merupakan upaya yang dilakukan guna mengurangi dampak atau kemungkinan terjadinya risiko. Mitigasi risiko juga bertujuan untuk menurunkan atau menjaga level risiko utama, mengurangi ancaman terhadap tujuan sebuah proyek, serta meminimalisir dampak risiko potensial. Setiap perusahaan atau instansi wajib memiliki mitigasi risiko dan dianalisis sesuai karakteristik masing-masing. Tak terkecuali, rumah sakit yang memiliki mitigasi risiko yang dapat memengaruhi keselamatan pasien, tenaga kesehatan, maupun operasional rumah sakit.

Program studi (prodi) Administrasi Rumah Sakit, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), menghadirkan dr. Mohamad Ihsan Ramdani, MARS, MH, AAAK, FISQua, FRSPH, Direktur Rumah Sakit Umum Tasik Medika Citratama (TMC) Tasikmalaya, sebagai dosen tamu untuk memberikan pengalaman mitigasi risiko yang dilakukan RS TMC Tasikmalaya. Menurutnya, mitigasi mencakup serangkaian langkah strategis untuk mengidentifikasi, menganalisis, merancang, dan menerapkan tindakan pencegahan agar risiko dapat diminimalisir atau dihilangkan.

(Foto: dr. Ihsan memaparkan tentang manajemen risiko)

Pada kesempatan tersebut, dr. Ihsan memberikan beberapa contoh potensi risiko yang dapat terjadi di rumah sakit, seperti risiko bayi tertukar, keluhan pasien di media sosial, tenaga kesehatan tertusuk jarum, vaksin palsu, kegagalan klaim BPJS Kesehatan, dan lainnya. dr. Ihsan menjelaskan, “Dalam melakukan mitigasi risiko, tim manajemen risiko dapat mengidentifikasi potensi risiko melalui borang register risiko tahunan. Borang ini meliputi risiko yang teridentifikasi, peringkat risiko, penanganan risiko, peringkat risiko sisa, penanggung jawab, serta tanggal tinjauan dan tanggal dikeluarkan. Adanya borang ini akan mempermudah mitigasi risiko yang dapat dilakukan rumah sakit dalam menangani potensi risiko yang dapat terjadi.”

Sebagai contoh, pada risiko bayi tertukar terdapat sejumlah identifikasi risiko yang muncul. Misalnya, kesalahan identifikasi bayi, prosedur yang tidak sesuai standar, kurangnya pengawasan di ruang bayi, hingga miskomunikasi antartenaga medis saat pergantian shift. Mitigasi risiko yang dapat dilakukan adalah menyusun SPO identifikasi bayi dan ibu, memanfaatkan prosedur rawat gabung ibu dan bayi, verifikasi ganda saat pemindahan bayi, pemberian edukasi kepada orang tua, serta sistem labelisasi dan warna khusus pada gelang bayi sesuai jenis kelamin atau kategori medis tertentu.

Di samping itu, RS TMC Tasikmalaya juga menerapkan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang merupakan metode rekayasa guna mengidentifikasi dan menghilangkan potensi kegagalan. Kemudian, analisis kerentanan terhadap bahaya melalui Hazard Vulnerability Analysis (HVA). “FMEA dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi proses risiko tinggi, menjabarkan subprosesnya, mengidentifikasi kemungkinan kegagalan pada subproses, serta manajemen risiko. Setelah itu, dilakukan re-design hasil FMEA hingga penyelesaiannya,” kata dr. Ihsan.

(Foto: dr. Ihsan memberikan contoh register risiko yang dapat dibuat oleh tim manajemen risiko)

Lebih lanjut, dr. Ihsan mengatakan bahwa mitigasi risiko di rumah sakit merupakan langkah strategis dalam memastikan keamanan pasien, kualitas layanan, serta keberlanjutan operasional rumah sakit. “Manajemen risiko dilakukan secara proaktif dan reaktif melalui pendekatan berbasis identifikasi, analisis, rekomendasi, serta uji coba perbaikan. Selain itu, mitigasi risiko bukan hanya sekadar prosedur teknis, melainkan juga merupakan bagian dari budaya keselamatan dan peningkatan mutu di rumah sakit. Dengan penerapan strategi mitigasi yang sistematis, rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanan, memastikan keselamatan pasien, serta mempertahankan kepercayaan masyarakat,” tutur dr. Ihsan.

Dr. Nia Murniati, S.K.M., M.K.M., Ketua Departemen Kesehatan Terapan sekaligus dosen pengampu mata kuliah tersebut, mengatakan bahwa kuliah yang menghadirkan dosen tamu dari rumah sakit akan memberikan pengalaman riil kepada mahasiswa yang nantinya akan bekerja di instansi kesehatan. “Semoga mahasiswa prodi Administrasi Rumah Sakit dapat mendalami mitigasi risiko di lingkungan rumah sakit dan memahami potensi yang dapat terjadi di dalamnya. Sehingga, ketika mereka terjun ke industri nantinya dapat mengimplementasikan ilmu yang diberikan dr. Ihsan,” tutup Nia.

WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!