Depok-Tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Mohamad Rasyid Alkautsar, mahasiswa Program Pendidikan Vokasi, serta Vio Nanda Ardiansyah dan Nabila Zahra Harmon, keduanya dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, berhasil merebut juara pertama pada kompetisi debat politik yang diselenggarakan Universitas Negeri Semarang (UNNES). Mereka berhasil menyingkirkan tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan menyisihkan peserta lain yang berasal dari 36 kampus di Indonesia.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI, Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, memberikan apresiasi terhadap prestasi yang diraih Rasyid dan tim. Menurutnya, setiap mahasiswa di lingkungan UI selalu diberikan pembelajaran terbaik, baik softskill maupun hardskill. Padang mengatakan, “Kemampuan berpikir kritis dan kreatif menjadi senjata utama pada kompetisi debat politik. Selain itu, kekuatan public speaking dan pengambilan keputusan juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap mahasiswa. Sehingga, para mahasiswa bisa terus melatih diri dan menerapkan berbagai wawasan dan kompetensi yang dimilikinya untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui berbagai perlombaan maupun kegiatan positif lainnya.”
Rasyid menyatakan bahwa lomba debat memiliki stigma biasa diikuti oleh beberapa jurusan tertentu. Ia membuktikan bahwa mahasiswa vokasi juga bisa melakukan debat, khususnya debat politik. “Kami sangat bersyukur atas kemenangan tersebut dan ingin terus membawa nama besar UI di berbagai kompetisi debat maupun lomba lainnya,” kata Rasyid saat pengumuman pemenang pada (4/6).
(Foto: Suasana final debat politik yang diikuti mahasiswa Universitas Indonesia)
Pada babak final, tim mahasiswa UI berdebat membahas mosi tentang dewan yang setuju bahwa jabatan kepala desa dengan masa jabatan sembilan tahun akan mendekatkan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan lemahnya demokratisasi. Sistem yang dibawakan Rasyid dan tim pada debat tersebut memiliki struktur yang mereka sebut sebagai Blitzkrieg ala Nazi. Sistem tersebut dilakukan dengan cara susunan mekanisme menyerang lawan secara bertubi-tubi melalui pembicara 1 hingga pembicara 3 yang membuat musuh kewalahan.
Berkat strategi yang kuat mereka berhasil mencapai puncak kemenangan pada kompetisi debat tersebut. Rasyid yang merupakan mahasiswa Bisnis Kreatif, Vokasi UI, menceritakan bahwa kemampuan berdebat merupakan skill yang sangat dibutuhkan untuk membantu dalam bernegosiasi, pitching, memimpin, mengatur, public speaking, kritis, dan mengambil keputusan secara bijak saat menjalankan bisnis atau di dunia profesional ketika lulus.
“Saya berharap banyak mahasiswa Vokasi UI lainnya yang berani unjuk gigi terhadap kemampuannya di berbagai kompetisi kancah nasional maupun internasional sehingga pengalaman yang kita miliki dapat diterapkan saat terjun ke dunia industri nantinya,” ujar Rasyid.