JAKARTA – Pada 5 Januari 2019, di Pusat Kebudayaan Amerika Serikat, @merica, Pacific Place, Pendiri Klinik Digital Komunikasi Kejuruan UI, Devie Rahmawati dengan Stanley Wangsadiharja (Saft7Robotics & Form O), Wadi (SWE), menyajikan informasi tentang Industry 4.0: What’s the future of 3D Printing?. Kegiatan ini juga didukung oleh presentasi produk cetak 3D buatan Indonesia, BikinBot.

“Teknologi cetak 3D bukanlah teknologi masa depan (future), tetapi teknologi sekarang (sekarang). Berbagai industri telah diuntungkan dari kehadiran teknologi yang memungkinkan desentralisasi produksi. Akan ada proses pelestarian lingkungan, karena barang yang diproduksi benar-benar sesuai dengan permintaan. Tidak ada lagi produksi produk massal, yang kemudian menjadi boros dan membutuhkan ruang penyimpanan yang besar, “kata Devie Rahmawati, alumni DAAD, Jerman.

“Madu lain (manfaat) dari teknologi ini adalah bahwa ia akan menghasilkan banyak pekerjaan baru termasuk seniman yang akan memiliki kesempatan untuk menghasilkan ide-ide yang dapat langsung dieksekusi untuk diproduksi dengan mesin cetak 3D, yang di Barat sudah ada di tingkat rumah tangga. Lebih banyak ahli juga diperlukan untuk menguasai mesin untuk perawatan mesin dan terus membuat mesin Cetak 3D dan aplikasi desain, “tambah Devie yang pernah memberikan Kuliah Umum di Fakultas Ilmu Manusia & Kesehatan, Swansea, Wales.

“Dari serangkaian manfaat mesin ini, 3D Printing juga memiliki peluang untuk menyebarkan racun (kerugian) ketika digunakan dengan motif tidak produktif. Misalnya, di masa depan makanan bisa dicetak sesuai dengan keinginan konsumen, di mana barang-barang haram seperti sebagai obat-obatan bahkan dapat dicetak sesuai dengan target pasar, misalnya bentuk unik dari anak-anak target. Ditambah produksi senjata tajam atau senjata api seperti pistol dll. Masalah keselamatan dan kesehatan produk yang dapat diproduksi secara mandiri oleh manusia adalah tantangan lain serta masalah hak cipta suatu produk. Ditambah potensi tsunami sosial dari teknologi ini yang membuat setiap individu lebih individualistis. Diprediksi oleh kemandirian seseorang, akan mendorong lebih banyak orang untuk merasa kesepian yang dapat menyebabkan peningkatan angka bunuh diri. Studi menunjukkan bahwa dalam 5 tahun terakhir, kematian disebabkan oleh penyakit karena kurangnya gerakan dan bunuh diri dibandingkan dengan kematian akibat perang. Teknologi ini memiliki peluang untuk tidak perlu menambah tren, “tambah Devie, yang juga Ketua Program Studi Vokasi Komunikasi UI.

 

Stanley mengatakan bahwa ia dan timnya telah menggunakan teknologi ini untuk merancang bangunan dari berbagai desain arsitektur. Sementara Wadi menjelaskan bagaimana dunia kesehatan, seperti kesehatan gigi yang sudah cukup maju, menggunakan teknologi Cetak 3D untuk kenyamanan pasien. (humas vokasi)

author avatar
Humas Program Pendidikan Vokasi UI
WhatsApp whatsapp
Instagram instagram
Email
chat Chat Us!